Srilanka Guncang, Presiden Gotabaya Rajapaksa Dipaksa Turun Tahta dan Kabur

Srilanka kini diguncang demonstrans, pimpinan Puncaknya, Presiden Gotabaya Rajapaksa, dipaksa, mengundurkan diri sebagai Presiden dan dipaksa melepas statusnya sebagai Raja.

Rumah kediaman Rajapaksa, diduduki massa. Hingga akhirnya Rajapaksa kabur. Kini tidak diketahui keberadaannya. Seorang sumber, menginforkan, meski tidak diketahui keberadaannya, namun dia aman bersama Angkatan Laut Srilanka. Sri Lanka menyatakan kebangkrutan, akibat krisis ekonominya, yang diprediksi berlanjut setidaknya hingga akhir tahun depan.

Nasib warga Sri Lanka, kelaparan di tengah krisis. Rakyat mengutuk Pemerintah Boneka WEF yang menyebabkan kelumpuhan ekonomi di Albania. Kenaikan harga BBM dan kenaikan harga – har ga membuat rakyat murka.

Demonstran menangkap pejabat Srilanka. Massa memukul perjabat tersebut dan menyatakan :’’anda pejabat korupsi’’. Massa demonstran terus mencari pejabat – pejabat Negara yang bersembunyi dari kejaran massa.

Sebelumnya, kediaman Perdana Menteri Ranil Wikremesinghe dibakar massa. Gotabaya Rajapaksa kabur dan dipastikan mengundurkan diri. Rakyat bersikap untuk melakukan peralihan rezim.

Rakyat Srilanka, cukup gigih berjuang dengan melakukan aksi unjuk rasa, sudah lebih sebulan untuk akhirnya sukses menggulingkan Raja Paksa. Krisis ekonomi menjadi momentum demonstrasi sekaligus mempersulit Rajapaksa untuk mampu bertahan.

Awalnya, Raja Paksa mendalihkan bahwa krisis ekonomi negaranya disebabkan kondisi global baik pandemic maupun perang Rusia – Ukraina. Namun sebenarnya pengelolaan ekonomi negerinya, berantakan. Janji perbaikan politik dan ekonomi pada kampanye Pilpres 2019 gagal dipenuhi. Masalah valuta asing, kesulitan makanan dan obat-obatan, harga –harga naik, serta pemadaman listrik berkepanjangan akibat krisis energi.

Nepotisme dan korupsi menjadi tuduhan aksi. Keluarga Rajapaksa yang awalnya sulit tergoyahkan, akhirnya runtuh. Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, yang pernah jadi Presiden , adalah kakak dari Gotabaya yang dipaksa mundur. Mahinda digantikan Ranil Wickremesinghe. Dominasi keluarga Rajapaksa di kementrian baik saudara- saudara maupun anaknya disorot oleh rakyat, nepotisme.

Rakyat gerah dengan semangat Presiden yang ingin memperpanjang jabatan. Persis seperti Rajapaksa yang juga awalnya bertekad untuk mempertahankan kekuasaan. Meski kepolisian dan tentara berhasil dikendalikan, namun ‘’people power berhasil menumbangkan.

- Iklan -

Gelombang perlawanan rakyat tidak dapat dibendung Rumah PM Srilanka dibakar, instana diduduki massa Pernah janji Negara jadi kaya pada 2025 PM Srilanka Ranil Wckremesinghe pernah berjanji akan membuat Negara di Asia Selatan itu , kaya raya pada 2025.

Pernyataan tersebut disampaikan di Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada 2018.
Dalam pernyataannya, Ranil mmperkenalkan visi 2025 Srilanka yang menjadi strategi pemerintahannya, focus untuk menimgkatkan perekonomian Negara tersebut dengan memperluas dan memperkuat pasar di Asia.

Bukan rahasia lagi bahwa Asia Selatan adalah mesin ekonomi masa depan. ‘’Dan dalam upaya kami untuk menjadikan Srilanka Negara kaya pada 2025 adalah niat kami untuk melibatkan Asia lebih mantap lagi, memanfaatkan akses strategi ke pasar –pasar utama di kawasan mulai dari India, Pakistan, China, Jepang, Korea Selatan, hingga Asean’’, ucap Ranil.

“Rencana terkait Empowered Srilanka mengidentisikasi prioritas pada peningkatan pendapatan, memastikan jumlah lapangan pekerjaan, dan perumahan bagi semua warga, dan meningkatkan kualitas hidup bagi semua masyarakat”, paparnya.

Kenyataannya Srilanka kini menjadi Negara bangkrut yang terus diselimuti krisis ekonomi kian parah hingga memicu protes serta demonstrasi dimana – mana. Selama akhir pekan, demonstrans Srilanka bahkan menduduki rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan PM. Rinil. Pengunjuk rasa bahkan membakar rumah PM Ranil.

Para demonstrans Srilanka menegaskan, mereka akan terus menduduki rumah Gotabaya Rajapaksa sampai sang Preisden hingga Perdana Menteri benar-benar mengundurkan diri dan rezimnya tumbang. ‘’Presiden harus mengundurkan diri, perdana PM harus mundur , dan pemerintah harus lengser’’, ujar salah satu pemimpin pengunjuk rasa, Ruwanthie de Chickera, 7/7, seperti dikutif Reuters.

Saat ini, kondisi Srilanka sebenarnya dilaporkan sudah mulai tenang setelah kericuhan hingga berujung pendudukan rumah Presiden dan pembakaran kediaman PM Ranil Wickremesinghe, pada 9/7/2022. Namun massa masih menduduki rumah Rajapaksa dan Wickremesinghe. Kini, kediaman Rajapaksa, jadi tempat wisata dimana para warga hilir mudik penasaran melihat tempat tinggal orang nomor satu di Srilanka itu.

Aparat keamanan sebenarnya berjaga di sekitar rumah Rajapaksa . Namun mereka tidak melarang warga yang ingin masuk ke dalam bangunan tersebut. Para warga pun menikmati kemewahan rumah tersebut di tengah krisis yang tengah mencekik mereka. Sebagian warga terlihat berenang di kolam, sementara yang lain mencoba sofa empuk di dalam kamar.

PM Ranil akhirnya menyatakan siap mengundurkan diri pada Sabtu 9/7/2022. Sementara Presiden dilaporkan telah melarikan diri dengan bantuan pengawal sebelum massa menggeruduk kediamannya.

Kepergian Presiden dari simbol kekuaatan Negara itu menimbulkan pertanyaan terkait keinginan Rajapaka untuk tetap menjabat. Seorang pejabat mengatakan, saat ini mereka tidak mengetahui keberadan Rajapaksa. ‘’Kami sedang menunggu instruksi.Kami masih tidak tahu dimana dia. Tapi kami tahu, dia aman bersama Angkatan Laut Srilanka’’, ucap pejabat level atas itu.

Jika Rajapaksa Mundur, Wickremesinghe seharusnya otomatis mengambil alih kendali Negara. Namun kini, situasi semakin buram, karena Wickremesinghe pun menyatakan siap mundur.

Gegara Banyak Utang ke China, Prahara yang mengguncang Srilanka, gegara banyak utang ke China, menyebabkan krisis ekonominya. Inilah krisis ekonomi terburuk sejak Srilanka merdeka pada 1948. Negara di Asia Selatan itu, gagal membayar utang luar negerinya, US $ 51, atau Rp 729 triliun, sehingga dinyatakan bangkrut. Kekurangan makanan, bahan bakar minyak (BBM) serta pemadaman listrik berkepanjangan membawa penderitaan kepada 22 juta orang di Negara itu.

Dilansir dari Times of India, 23/6/2022, total pinaman Srilanka ke Beijing mencapai US $ 8 miliar atau setara Rp 114.000 triliun yang dikucurkan melalui sskema Belt and Road Initiative (BRI) sekitar seperenam dari total utang luar negerinya.

Pemerintah Srilanka meminjam ke Shica untuk sejumlah infrastruktur sejak 2005. Seperti pembangunan jalan raya, bandara, pembangkit listrik tenaga batu bara, hingga pembangunan pelabuhan Hambatota. Sayangnya, sebagian proyek malah dinilai tidak member manfaat ekonomi bagi Negara itu.

Pada 2017, Srilanka juga harus menyewakan pelabuhan Hambatota, karena tidak bisa balik modal. Presiden Rajapaksa, di awal tahun ini meminta China merestrukturisasi utang negaranya, pada pertemuannya dengan Meteri China Wang Yi di Kolombo.

Diantara rekasi demostrans, juga terjadi kekerasan terhadap jurnalis, yang tengah meliput, dilakukan pihak keamanan kediaman Wickremesinghe di area luar rumah.(dari berbagai sumber/ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU