Stop Stigma Negatif Covid-19, Semangat dan Persatuan Bagian dari Perlawanan

Penulis: Westy Tenriawi, SKM., M.Kes. (Dosen Kesmas Unhas)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Miris dan sesal mungkin adalah bagian dari rasa yang ada dan muncul, ketika melihat pemberitaan baik di media elektronik, media cetak maupun viral sebagai berita di berbagai sosial media beberapa pekan yang lalu sampai saat ini, mengapa?

Pertanyaan ini muncul di benak penulis ketika banyak dari masyarakat yang kemudian menerima dan memberi respon penolakan atau negatif kepada Pasien Covid 19 atau yang kita kenal sebagai corona virus disease 2019, dan ini terjadi bukan hanya pada penderita melainkan mereka yang bertugas di garda terdepan sebagai bagian dari perlawanan penyakit ini yakni tenaga medis di anggap sebagai orang yang bisa memberikan atau menularkan penyakit tersebut.

Mulai dari berita pengusiran di berbagai kontrakan dan rumah kost, penolakan jenazah bagi mereka yang gugur dalam menjalankan bakti abadi tugasnya.

Hal ini tidak semestinya terjadi di bumi pertiwi kita yang terkenal dengan toleransi dan bangsa dengan memegang prinsip asas kemanusiaan diatas segalanya.

Covid 19 ini akan berlalu semua akan kembali seperti sedia kala, namun ada proses yang akan menjadi bagian dari hadirnya, mesti ada yang berdampak baik dengan kondisi biasa saja sampai kondisi yang paling miris akan kita lalui dan hal ini akan baik jika semangat dan persatuan tetap kita junjung tanpa ada Cap atau stigma negarif dilekatkan pada mereka yang sampai harus menjadi pasien positif, atau keluarga yang memiliki anggota yang harus juga positif.

Baca Juga:  Bahaya Merkuri pada Skincare, Dampak dan Cara Menghindarinya

Sebaiknya sebagai manusia moderen, pandemi ini disikapi dengan cara yang juga moderen dan bijak, meninggalkan budaya memberi “label” pada pasien atau keluarga pasien  bahwa penyakit ini adalah sesuatu yang bisa disembuhkan, bukan suatu aib meskipun sangat berbahaya dan mematikan.

Perlu diketahui bahwa stigma adalah penyimpangan yang mengarah ke dalam situasi dimana orang-orang tidak dapat menyesuaikan diri dengan standar masyarakat normal.

Mereka didiskualifikasi dari kehidupan sosial, mereka mengalami stigmatisasi individu. Dikucilkan dari yang lainnya sehingga harus terus berusaha menyesuaikan diri dengan identitas sosial masyarakat diamana mereka tinggal.

- Iklan -

Mereka sendiri harus menghadapi hinaan setiap harinya yang direfleksikan kembali kepada mereka. Stigma adalah atribut yang sangat luas yang dapat membuat individu kehilangan kepercayaan dan dapat menjadi suatu hal yang menakutkan (Goffman dalam Major & O’Brien, 2005).

Menurut Kamus Psikologi stigma adalah satu tanda atau ciri pada tubuh (Chaplin, 2009). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, stigma didefinisikan sebagai ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya.

Menurut Penulis stigma adalah pikiran dan kepercayaan yang keliru serta fenomena yang terjadi ketika individu memperoleh labeling, stereotip, dan mengalami diskriminasi sehingga memengaruhi diri individu secara keseluruhan.

Hal inilah yang saat ini menjangkit pada sebagian fikiran masyarakat kita. Stop Stigma Negatif sebagai upaya perlawanan kita terhadap Covid 19 yang sudah mengahancurkan banyak rencana, banyak pemikiran, banyak waktu, banyak generasi, dan banyak jiwa yang tentunya tidak kita inginkan.

Baca Juga:  Dada Terasa Panas dan Nyeri? Waspadai Serangan Jantung

Berbagai cara bisa dilakukan dalam bentuk lain bagi teman dan mereka yang terdampak, dan mungkin menjadi pasien, adalah bukan memberi penolakan melainkan memberi semangat dan doa kepada semua yang terkena, baik dengan status ODP,PDP, OTG, Positif dan kepada keluarga mereka,sehingga mereka tidak merasa sendiri dalam masa-masa sulit seperti saaat ini.

Pemerintah dengan segala Upaya saat ini juga mesti menjadi Perhatian kita sebagai masyarakat. Hal-hal dan aturan-aturan yang dikeluarkan menjadi bagian dari proteksi diri,keluarga dan lingkungan.

Selayaknya PSBB (Pembatasan sosial Berskala besar) yang saat ini sedang di berlakukan di berbagai daerah dan wilayah di seluruh Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan beberapa daerah pun sedang bersiap menuju kebijakan ini maka sebaiknya menjadi patuh dan tetap dalam kondisi yang seharusnya adalah hal yang tepat.

Meskipun kebikajan ini akan sangat berdapkan besar bagi bebagai dimensi kehidupan kita mulai dari masyarakat kecil. Menengah sampai masyarakat kelas ekonomi atas akan terkena dampaknya.

Lebih sederhana, bahwa Stigma dan pemikiran negatif saat ini hanya menjadi pengeco dan pembuat pemisah antara harapan sembuh dan sehat kembali dengan kondisi yang dialami oleh teman dan saudara kita yang mesti menjadi pasien dan bagian dari penyakit covid 19 ini.

Semangat, doa, dukungan serta persatuan adalah bagian kecil dari bentuk perlawanan kita terhadap Covid 19. Semoga masa ini berlalu, sehingga hari-hari indah segera datang. tetap sehat, jaga diri, jaga keluarga dan lingkungan.(*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU