Pandemi COVID-19 menyebabkan semua kegiatan dilaksanakan secara online, termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah, maupun di kampus. Pembelajaran jarak jauh menurut KBBI adalah cara belajar-mengajar yang menggunakan media televisi, radio, kaset, modul dan sebagainya, pengajar dan pelajar tidak bertatap muka langsung.
Meskipun pembelajaran jarak jauh bukan metode baru dalam sistem pendidikan dunia, namun metode ini pertama kalinya diterapkan di Indonesia dan dilaksanakan secara darurat tanpa persiapan yang matang. Oleh karena itu, banyak tantangan dalam pelaksanaannya. Berikut adalah hasil survei yang dilaksanakan secara daring oleh UNICEF pada 18-29 Mei 2020 dan 5-8 Juni 2020 mengenai tantangan yang dirasakan pelajar dan mahasiswa selama pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan hasil survei tersebut, tantangan yang dirasakan pelajar dan mahasiswa selama pembelajaran jarak jauh adalah kurangnya pendampingan dari orangtua, kurang bimbingan dari guru, akses internet tidak lancar, tidak punya gawai yang memadai, tidak bisa mengakses aplikasi belajar online, serta tantangan lainnya. Dapat dilihat bahwa tantangan terbesar dalam pembelajaran jarak jauh yaitu kurangnya bimbingan dari guru atau dosen.
Hal ini sejalan dengan hasil survei KPAI yang menyatakan minimnya interaksi antara guru dan siswa yaitu hanya sekitar 20,1%,sementara sebanyak 79,7% siswa menilai guru sebatas memberi tugas. Hal tersebut sangat berdampak pada keefektifan pembelajaran, terutama pembelajaran di tingkat perguruan tinggi yang umumnya membutuhkan arahan dan bimbingan dari dosen.
Pembelajaran menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses baik keterampilan proses dasar maupun keterampilan proses terintegrasi.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengupayakan berbagai cara agar pembelajaran jarak jauh dapat berlangsung efektif, diantaranya dengan melakukan penyederhanaan kurikulum pendidikan dan meminta agar para dosen tidak hanya fokus mengejar target kurikulum saja.
Namun juga membekali mahasiswa dengan kemampuan hidup yang diperkuat dengan nilai karakter. Dengan begitu, diharapkan guru dapat membimbing siswa belajar di tengah pandemi COVID- 19 dengan efektif.
Terlepas dari banyaknya tantangan yang ada, tanpa disadari sistem pembelajaran jarak jauh memberikan peluang besar bagi mahasiswa untuk melakukan kemajuan dan perubahan positif karena pembelajaran jarak jauh erat kaitannya dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi memberikan perubahan terhadap pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran (Keengwe dan Georgina, 2012). Pesatnya perkembangan teknologi sangat membantu siswa untuk dapat mengakses informasi tanpa batas.
Teknologi kini menjadi kebutuhan setiap orang. Dengan kondisi yang ada, mahasiswa dituntut oleh keadaan untuk belajar lebih tentang pemanfaatan teknologi. Berbeda halnya dengan pembelajaran tatap muka pada umumnya di kampus, mahasiswa mendapat materi pembelajaran dari dosen, membaca, dan fokus mempelajari satu sumber dari dosen tanpa terpikirkan untuk mencari sumber pembelajaran lain.
Sementara dengan adanya pembelajaran jarak jauh, pandangan mahasiswa menjadi lebih terbuka untuk mencari lebih banyak sumber pembelajaran, seperti dari buku, dari seminar-seminar online, maupun dari internet. Kemendikbud melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi juga telah membuat website pditt.belajar.kemdikbud.go.id sebagai sarana efektif belajar tanpa batas, termasuk belajar .
Manfaat lain yang dirasakan dari pembelajaran jarak jauh adalah membuat mahasiswa lebih kritis akan masalah kecil yang ada disekitarnya, misalnya dalam lingkup keluarga. Mahasiswa dapat mengamati langsung dan memahami berbagai fenomena yang ada di lingkungan sekitar dengan lebih intens.
Selain itu, orang tua juga lebih mudah mengontrol anaknya sehingga dapat membentuk kepribadian mahasiswa yang berkaraterm sehingga nantinya memiliki sikap yang baik. Hal ini membuktikan bahwa tantangan yang ada dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa menjadi menjadi berbagai peluang dalam pembelajaran. Namun, tidak semua mahasiswa dapat dengan mudah melakukan hal tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah strategi yang dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa untuk sukses belajar ditengah pandemi COVID- 19.
Penulis membuat gagasan yaitu dengan menerapkan “Strategi SIMPEL sebagai Solusi Pembelajaran di Tengah Pandemi”. Strategi SIMPEL merupakan singkatan dari langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan mahasiswa untuk memanfaatkan peluang dalam pembelajaran . Berikut ini merupakan pemaparan dari poin utama strategi SIMPEL.
1. Stop Rebahan
Rebahan menurut KBBI adalah sebutan untuk perilaku orang yang suka bermalas-malasan di tempat tidur. Istirahat memang perlu, namun jangan sampai membuang waktu. Hal tersebut harus dihindari karena perlu kita sadari bahwa teknologi yang semakin canggih membuat dunia semakin terhubung satu sama lain, sehingga persaingan di masa depan akan semakin berat. Mahasiswa yang bermalas- malasan dan rebahan seharian akan jauh tertinggal dari mahasiswa lain yang terus melakukan perubahan.
Jika ingin rebahan, maka lakukanlah rebahan yang produktif. Bagaimana caranya? Pada dasarnya rebahan tidak akan bermanfaat jika hanya sekedar rebahan. Jadi tetap saja harus diisi dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat misalnya rebahan sambil membaca buku-buku , rebahan sambil mengerjakan latihan soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) untuk melatih kemampuan kita, atau sambil melakukan kegiatan positif lainnya.
2. Implementasikan Tiga Konsep Berpikir
Tiga konsep berpikir yang dimaksud penulis adalah berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk tanggap terhadap masalah yang ada, dan punya rasa ingin tahu yang besar untuk memastikan kebenaran informasi yang diterima. Dengan berpikir kritis, mahasiswa akan mempunyai banyak pertanyaan, selanjutnya pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab dengan melakukan konsep berpikir analitis.
Konsep berpikir analitis adalah kemampuan berpikir untuk menemukan fakta-fakta yang relevan serta menyimpulkan masalah berdasarkan sudut pandang sendiri. Setelah dilakukan analisis yang mendalam, mahasiswa dapat menerapkan pemikiran kreatifnya terhadap permasalahan yang ada.
Berpikir kreatif adalah kemampuan mengaplikasikan ide yang dimiliki untuk menciptakan cara baru dalam menyelesaikan masalah. Ketiga kemampuan berpikir ini termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir tersebut, mahasiswa dapat melatihnya dengan mengerjakan soal- soal HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Selain dengan berlatih mengerjakan soal HOTS, secara sederhana mahasiswa dapat melatihnya dengan kritis terhadap semua permasalahan yang ada disekitarnya. Pertanyakan setiap hal kecil, lalu cari sendiri jawabannya dengan membaca dari berbagai sumber. Apabila belum menemukan jawabannya, maka dapat memanfaatkan media diskusi online dengan teman atau bahkan berdiskusi dengan orang tua dan guru. Perbanyak membaca buku-buku yang berkualitas agar semua pertanyaan yang ada dapat terjawab.
Untuk dapat menyelesaikan masalah di lingkungan sekitar, maksimalkan ilmu yang diberikan oleh dosen agar bisa diterapkan pada kasus nyata. Dengan terus menyelesaikan berbagai masalah sederhana, maka membuka peluang siswa untuk kritis terhadap berbagai masalah dan bermanfaat bagi masyarakat.