Suku Bentong mendiami daerah perbukitan Bulo-Bulo, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Orang Bentong dikenal juga dengan nama To Bentong atau orang Bentong.
mereka bermukim di daerah berbukit-bukit dengan memiliki ketinggian sekitar 400-500 meter di atas permukaan laut, yang ditandai hutan semak, tanah ladang serta sawah yang tidak begitu luas.
Pemberian Nama suku Bentong karena suku ini menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Barru sebagai komunitas Bugis, yaitu menggunakan perpaduan dari beberapa bahasa daerah yang ada di Sulawesi selatan yaitu Makassar, Konjo, Bugis dan Mandar. Bentong sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan “cadel”.
Menurut orang Bentong yang biasa berkelana di hutan semak-semak, mereka adalah keturunan putra Raja Bone yang kawin dengan putri Raja Ternate.
Sumber lain menyebutkan bahwa Suku Bentong adalah keturunan orang Bugis dan Makassar. Alasannya karena adat istiadat dan bahasa yang mereka gunakan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan Bugis dan Makassar. Mereka munggunakan bahasa campuran antara bahasa Bugis dan Bahasa Makassar.
Suku bangsa yang hidupnya berpindah-pindah ini juga dikategorikan sebagai masyarakat “terasing.” Sebagian besar orang Bentong hidup sebagai petani dan nelayan. Hasil utamanya kopra, padi, dan hasil hutan. Pohon kelapa tumbuh baik di seluruh pantai Barru.
Orang Bentong kebanyakan beragama Islam. Namun kepercayaan asli mereka adalah kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda yang dikeramatkan.
Mereka percaya bahwa pemujaan (arajang) akan mendatangkan keselamatan dan harus dilakukan untuk menghindari kutukan. Pemujaan lainnya dilakukan terhadap pantansa, yaitu rumah-rumahan kecil berwarna kuning sebagai lambang dewa.