Diantara sifat yang paling mulia bagi seorang mukmin, setelah syukur adalah sabar. Keutamaan sifat tersebut, banyak disebutkan di dalam Al-Quran, hadist dan penjelasan para ulama.
Menurur Al Ghazali, setisaknya ada sekitar 70 keterangan Al-Quran terkait sifat keutamaan sabar. Anjuran sabar dan ganjaran yang akan diperoleh orang yang senantiasa menjaga kesabaran.
Saking mulianya sabar tersebut, tak heran bila kesabaran selalu diidentikkan dengan keimanan. Seperti yang dikatakan sahabat Ali bin Abi Thalib RA. “Ketahuilah bahwa, kaitan antara kesabaran dan keimanan adalah ibarat kepala dan tubuh.”
Jika kepala manusia sudah tidak ada secara lsngsung tubuhnya juga tidak berfungsi. Demikian pula dengan kesabaran. Apabila kesabsran sudah hilang, keimanan pun sudah hilang.
Secara bahasa, sabar berarti al habsu (menahan). dan al man’ u (mencegsh), Yaitu lawan kata dari al jsz’u (keluh kesah). Dikatakan shabara shabran (maksudnya tegar dan tidak berkeluh kesah). Shabara berarti menunggu. Shabara nafsahu, betsrti menshan diti dan mengekangnya. Shabarthu shabran : aku menahan diriku dari berkeluh kesah.
Adapula yang mendefinisiksn sabar, adalah menyatukan antara fikiran dan badan di dalam tempat yang sama. Misalnya , sehabis lelah bekerja, dalam.perjalan pulsng, terjebak macet. Orang yang sabar berarti pikiran dan badannya tetap berada di tempat dimana terjebak macet.
Kalau pikirannya melayang dan berpikir, “Wah kalau saja tadi tidak lewat jalan ini, saya tidak akan kena macet“. Maka itu namanya mengeluh, bukan sabar lagi.
Kecerdasan Emosional
Orang yang sabar, nerupakan orang yang bertumpu pada proses, dan menikmati semua proses rersebut. Sehingga sabar juga merupakan ciri-ciri dari orang yang memiliki kecersasan emosional.
Orang yang sabar, mampu mengendalikan dirinya dan menahan respons yang bersifat jangka pendek, untuk mendapatkan kenikmatan jangka panjang.
Sedangkan keluhan merupakan kesulitan di dalam menerima sesuatu yang terjadi, penolakan terhadap sesuatu yang ada pada diri kita. Ketika ada kemacetan, seperti pada contoh di atas, kita merasa badan dan pikiran tidak berada dalam satu tempat, sehingga timbul rasa mengeluh. Akhinya kita pun tidak menikmati proses tersebut. (kultum/ana)