Taiwan hingga Vietnam Sukses Tekan Corona, Apa Rahasianya?

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Beberapa negara di Asia menunjukkan keberhasilan dalam menahan penyebaran virus Corona. Negara tersebut adalah Taiwan, Hong Kong, dan Vietnam. Jumlah kasus positif baru di beberapa negara makin hari makin menipis, bahkan cenderung tidak ada sama sekali.

Hal ini adalah prestasi yang hanya sedikit dicapai berbagai negara di dunia. Meski begitu, para ahli kesehatan tetap memperingatkan agar negara-negara ini tidak berpuas diri. Karena wabah baru dapat muncul kembali dalam gelombang kedua, seperti yang terjadi di China dan Korea Selatan.

Para ahli berpendapat bahwa otoritas negara-negara tersebut umumnya cepat untuk memberlakukan tindakan penahanan. Di sisi lain, tampaknya mereka juga telah belajar dari pengalaman menangani wabah SARS yang pernah terjadi hampir 20 tahun yang lalu.

Melansir dari Reuters, Selasa (19/5/2020), menurut data Universitas Johns Hopkins per 17 Mei, di Taiwan hingga kini hanya ada 440 kasus positif yang terkonfirmasi. 395 di antaranya menjalani pemulihan, dan ada 7 kasus kematian. Total populasi negara ini sekitar 24 juta penduduk.

Sementara itu Hong Kong yang memiliki populasi sekitar 7,5 juta penduduk, telah mengkonfirmasi kasus Corona sebanyak 1.055 kasus. Tercatat hanya ada 4 kematian dan 1.024 orang di antaranya menjalani pemulihan.

Lalu, untuk Vietnam mengkonfirmasi 320 kasus dari populasi sebesar 97 juta orang. Mereka tidak mencatatkan adanya kematian sama sekali, dan 260 orang di antaranya menjalani pemulihan.

Lalu, bagaimana cara negara-negara ini menekan virus Corona?

1. Taiwan

Baca Juga:  Siswa SMPN 2 Sengkang Raih Juara 2 Lomba Vlog “Stop Perkawinan Anak”

Sebuah laporan yang dikutip secara luas diterbitkan Maret pada Journal of American Medical Association, menjabarkan kemampuan Taiwan untuk menahan wabah adalah dengan penggunaan big data dan teknologi.

- Iklan -

Teknologi digunakan dalam mengintegrasikan asuransi kesehatan nasional serta database imigrasi dan bea cukai. Hal ini memungkinkan pihak berwenang untuk mengidentifikasi kasus-kasus potensial berdasarkan riwayat perjalanan dan gejala klinis mereka.

Taiwan juga mengharuskan para pelancong untuk mengisi formulir pernyataan kesehatan online sebelum keberangkatan mereka ke Taiwan, sehingga mereka dapat dipisahkan berdasarkan resiko infeksi di kantor imigrasi.

Upaya itu telah intens dilakukan sebelum pemerintah Taiwan mengambil langkah ekstrim untuk menutup perbatasan, melarang ekspor masker wajah dan meningkatkan produksi masker di dalam negeri.

Efektivitas langkah-langkah tersebut memungkinkan Taiwan untuk tidak menekan kegiatan ekonominya. Dunia bisnis sebagian besar beroperasi seperti biasa.

Sekolah ditutup hanya karena liburan musim dingin yang sedikit diperpanjang, tetapi dibuka kembali pada akhir Februari dengan tindakan protokol kesehatan yang ketat.

2. Hongkong

Hong Kong dinilai menjadi negara dengan tingkat pengujian tertinggi di Asia. Mereka berhasil melakukan 168.291 tes. Menurut statistik Worldometer, mereka telah melakukan 22.448 tes per 1 juta orang.

Pemerintah setempat juga relatif cepat dalam memperketat kontrol perbatasan. Mereka menerapkan karantina yang ketat, dan memperkenalkan langkah-langkah sosial yang luas seperti menutup kantor pemerintah, menutup sekolah dan membatalkan acara skala besar.

Tindakan diperketat ketika Hong Kong mengalami lonjakan kasus pada bulan Maret, karena penduduk yang kembali dari luar negeri. Pihak berwenang pun memperluas kapasitas pengujian Hong Kong.

Baca Juga:  Siswa SMPN 2 Sengkang Raih Juara 2 Lomba Vlog “Stop Perkawinan Anak”

Tetapi beberapa ahli mengatakan, keberhasilan Hong Kong juga disebabkan oleh masyarakatnya yang telah aktif mengenakan masker sejak dini. Bahkan sebelum ada petunjuk resmi untuk melakukannya. Awal bulan ini, Hong Kong mulai membuka kembali sekolah, pusat kebugaran, bioskop, bar, dan pub.

3. Vietnam

Vietnam merupakan negara yang paling awal memperketat kontrol perbatasan, mereka melakukannya sejak bulan Januari. Pemerintah setempat juga memberlakukan karantina skala besar, serta menutup sekolah dan berbagai aktivitas bisnis.

Para ahli juga mengatakan bahwa kultur politik Vietnam yang merupakan negara satu partai menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan negara ini menekan penyebaran Corona.

Hal tersebut memungkinkan pihak berwenang untuk secara efektif memantau, mengidentifikasi dan mengisolasi kasus-kasus potensial tanpa harus menghabiskan sumber dayanya yang terbatas untuk program pengujian massal seperti yang ada di Korea Selatan dan Singapura.

Meskipun jumlah infeksi yang rendah, pemerintah memerintahkan lockdown di sebagian wilayah pada 1 April. Mengharuskan semua orang untuk tinggal di dalam rumah, menangguhkan transportasi umum dan membatalkan pertemuan.

Upaya ekstrem itu berbuah manis bagi Vietnam, negara ini adalah negara Asia Tenggara pertama yang mulai melonggarkan pembatasan. Mereka melakukannya sejak akhir bulan lalu.

Namun dalam beberapa hari terakhir, Vietnam baru saja melaporkan lonjakan kasus baru. Kasus ini dilaporkan terjadi pada warga negara yang dikarantina setelah kembali dari luar negeri. (WLD/*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU