Aku terlahir dari keluarga yang biasa saja. Sudah mampu bersekolah di jenjang SMK pun aku sudah merasa sangat bahagia. Padahal, sedari kecil impianku menjadi dokter sangat kuat. Namun, aku tidak ingin orang tuaku terbebani biaya sekolah yang mungkin nanti harus ditanggung untuk meraih impian itu.
Belum lagi banyak yang berkata bahwa menjadi dokter bukan hanya butuh kepintaran otak saja, tapi juga butuh dana yang sangat besar. Mendengar perkataan itu, aku sudah tidak ingin meraihnya lagi, bahkan untuk memikirkannya pun aku sudah tidak sanggup.
Aku paham betul bagaimana kondisi keluarga. Itulah mengapa aku lebih memilih bersekolah di SMK, dengan harapan bisa langsung bekerja setelah lulus nanti. Di satu sisi, harapanku untuk mengejar cita dan impian sangat besar. Namun, aku harus mengikuti alur kehidupan ini dengan terus bersemangat dan yakin bahwa di depan nanti akan ada jalan yang terbaik untuk ku tapaki.
“Nak.. sebelum berangkat sarapan dulu ya.” “Iya bu.”
Aku Viona, saat ini aku bersekolah di salah satu SMK Negeri di kota ku. Memang sejak SD aku mendapat peringkat bagus di sekolah. Juara 1, 2, dan 3 selalu ku dapatkan. Nilaiku tidak pernah buruk karena aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku yang hanya memiliki anak semata wayang, yaitu aku.
Aku termasuk anak yang aktif di organisasi, aku suka bergaul. Itulah mengapa temanku banyak, bahkan mungkin bukan hanya teman seangkatan saja tapi dari kakak kelas maupun adik kelas.
Tidak terasa hampir 3 tahun sudah aku bersekolah disini. Sebentar lagi kelulusan tiba. Semua ujian nasional dan sekolah sudah kami lewati, hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.
Teman-temanku yang lain sudah bersiap merancang perencanaan mereka kedepannya. Banyak sekali yang ingin kuliah, namun tidak dengan aku. Bukan tidak ingin seperti mereka hanya saja aku sadar bagaimana kondisi keuangan keluarga kami. Ayah dan ibu yang sudah sangat banting tulang demi menyekolahkan aku.
“Saatnya aku menghasilkan uang, aku tidak ingin selalu meminta.” Kataku dalam hati.
***
Pada hari yang cerah, gadis mungil cantik menghampiriku. Ada senyum di sudut bibirnya. Dia memang selalu begitu, ramah dan periang. Gadis itu bernama Rizka. Dia adalah teman sebangku yang sangat baik dan menyayangiku.
Berbeda denganku yang hanya orang biasa. Rizka adalah salah satu anak terpandang di kota ini. Ayahnya seorang pejabat, ibu-nya seorang pengusaha butik terkenal. Entah mengapa dia berbeda dari kebanyakan orang diluaran sana. Dia tidak pernah sedikitpun malu berteman denganku.