Takut tapi Rindu

Penulis : Chelsy Regita

Bermula dari suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh virus bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah Covid 19 dari Cina yang sempat menggemparkan berbagai belahan Negara di dunia termasuk Tanah Air beberapa waktu lalu. Penularan virus ini terdeteksi sangat cepat menyebar ke berbagai Negara dunia.

Virus ini dikenal virus yang mematikan banyak orang karena cepatnya penularan. Virus ini menyerang orang yang memiliki sistem imun rendah. Sebelum virus ini datang ke Tanah Air , para pelajar mempercayai Indonesia adalah salah satu Negara yang masih aman dari virus Covid 19 dan Negara yang tidak akan terkena virus tersebut.

Tetapi kini , semua kepercayaan itu menjadi kepercayaan yang tak nyata. Virus Covid 19 pertama kali masuk ke Indonesia membuat pelajar Indonesia semakin takut karena diyakini virus ini dapat membunuh orang. Akhirnya, Sekolah – sekolah dalam negeri terpaksa di liburkan selama dua minggu.

Masuknya virus ini mengubah sistem pembelajaran Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Siswa senang, karena libur panjang adalah impian Sebagian siswa. Dengan adanya pembelajaran jarak jauh, mereka bisa santai belajar di rumah dan tidak merasa kelelahan lagi dengan rutinitas berangkat pagi pulang sore.

Pembelajaran jarak jauh pun terus diperpanjang karena belum stabilnya keadaan. Siswa semakin resah adanya sistem pembelajaran jarak jauh. Adanya kendala yang membuat siswa semakin resah antara lain jaringan yang kurang memadai , kurangnya pemahaman materi,sulitnya membagi waktu belajar dan membantu orang tua, sulitnya melawan rasa bosan dan malas belajar belum lagi kuota habis setiap bulannya.

Bantuan kuota pemerintah pun terkadang belum cukup untuk mengatasi kendala siswa selama belajar jarak jauh. Prestasi dan semangat belajar siswa pun menurun seiring bertambahnya waktu. Rasanya ingin sekali memutar waktu sebelum virus Covid 19 datang menyerang. Ketika guru menyampaikan materi, jamkos, bolak balik izin ke kamar mandi, bercanda dengan teman , belajar bareng bahkan tukaran makanan menjadi hal yang paling dirindukan.

Pemerintah dan orang tua sangat prihatin dengan Pendidikan di Indonesia dan masa depan anak jika terus menerus dilakukannya pembelajaran jarak jauh tetapi, jika dilakukan pembelajaran tatap muka pemerintah khawatir akan adanya penularan virus Covid 19 dan bertambahnya jumlah angka kematian.

Pemerintah dengan pertimbangan yang cukup lama akhirnya memutuskan pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ( PTMT ) untuk meminimalisir tingginya presentase siswa yang putus sekolah dan menikah di masa pandemi. Pemberlakukan PTMT dilakukan dengan prokes yang ketat. Siswa yang datang ke Sekolah harus menggunakan masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan atau membawa handsanitizer dari rumah.

Dengan adanya peraturan seperti itu, siswa satu sama lain harus bisa mengontrol jarak dengan teman, membatasi interaksi satu dengan yang lain , dan mereka tidak bisa lagi mengulang hal yang mereka rindukan, karena sistem PTMT ialah membatasi jumlah siswa di ruang kelas dan mengurangi waktu belajar yang awalnya delapan jam menjadi dua jam perhari.

- Iklan -

Akhirnya, setelah beberapa bulan melakukan PTMT dan melihat kondisi mulai membaik, pemerintah mengizinkan adanya sistem pembelajaran tatap muka (PTM) yang di mana semua siswa masuk tanpa adanya batasan jumlah siswa di ruang kelas dan pengurangan jam belajar. Adanya kabar baik ini, siswa menjadi semangat bersekolah karena bisa bertemu lagi dengan teman kelasnya dengan harapan bisa mengulang masa sebelum ada Covid 19.

Tetapi, setelah menjalani PTM realitanya harapan itu tidak sesuai dengan ekspektasi. Ketika bisa terulang kembali, rasanya tak lagi sama seperti waktu itu. Kini, semua hanya tinggal kenangan yang tersisa. Tetapi disisi lain , mereka tetap harus menjalani PTM. Tak mengapa jika masa ini tak seindah masa itu, mereka bersyukur masih bisa dipertemukan dengan semua teman kelasnya dan tak ada lagi sistem PJJ .

Mereka juga semakin dewasa semakin berpikir harus menata masa depannya daripada nanti harus menelan pahitnya kebodohan di masa depan dengan PJJ yang terus menerus dilakukan dengan banyaknya kendala , pentingnya Pendidikan di Indonesia melakukan pembelajaran tatap muka demi menunjang masa depan yang lebih baik.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU