Takwa, Syukur, Akhlak yang Baik, Mudahkan Masuk Surga

Ada dua hal yang memudahkan kita untuk masuk surga, yaitu takwa dan akhlak mulia. Bagaimana kita dapat mewujudkannya?

Selain bertakwa, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk memiliki akhlak mulia terhadap sesama. Ini diwujudkan melalui amal kebaikan dan ketaatan, sebagai bentuk syukur kita kepada Sang Khalik, Rabbal Alamin.

Tanpa ketaatan, seseorang tidak dapat dikatakan bersyukur, meskipun ia memiliki harta melimpah dan berbagai nikmat.

Pada pagi yang penuh berkah, kita diperintahkan untuk banyak bersalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, serta keluarganya, para sahabat, dan pengikut setianya hingga akhir zaman.

Apa Bentuk Takwa yang Seharusnya?

Dalam tafsir Al-Quran Al-Azhim oleh Ibnu Katsir, Anas radhyallahu anhu menyatakan bahwa seseorang tidak dapat disebut bertakwa dengan sebenar-benarnya kepada Allah hingga ia mampu menjaga lisannya.

Ibnu Katsir juga menekankan, “Siapa yang meninggal dalam suatu keadaan, ia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut.”

Ingatlah, dua amalan yang membuat seseorang mudah masuk surga adalah takwa dan akhlak mulia.

Dari Abu Hurairah radhyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang hal-hal yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga. Beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak baik.” Beliau juga ditanya mengenai hal yang banyak memasukkan orang ke dalam neraka, dan beliau menjawab, “Perkara yang disebabkan oleh mulut dan kemaluan.” (HR Tirmidzi, no 2004 dan Ibnu Majah no 4246)

Baca Juga:  Larangan Mencari-cari Kesalahan Orang Lain

Apa Itu Takwa?

Takwa berarti menjadikan penghalang antara seorang hamba dan sesuatu yang ditakuti. Takwa kepada Allah SWT adalah menjadikan benteng yang menghalangi kita dari murka dan siksa-Nya.

- Iklan -

Takwa diwujudkan dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi maksiat. Namun, takwa yang sempurna, menurut Ibnu Rajab Al-Hambali, mencakup melaksanakan kewajiban, menjauhi keharaman dan hal-hal yang meragukan, serta meninggalkan sunnah dan yang makruh. Inilah derajat takwa yang tertinggi.

Ibnu Mas’ud menafsirkan ayat “bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa” (Ali Imran: 102) dengan menyatakan bahwa itu berarti taat kepada Allah, tidak bermaksiat, selalu mengingat-Nya, dan bersyukur atas nikmat-Nya. (HR Al-Hakim)

Arti dari bersyukur

Bersyukur kepada Allah berarti melaksanakan segala ketaatan kepada-Nya. Mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya berarti selalu mengingat-Nya dalam setiap gerak dan diam kita, sehingga semua yang kita lakukan semata-mata untuk meraih pahala dari-Nya.

Apa itu Akhlak yang Baik?

Ibnu Rajab menyatakan bahwa akhlak baik adalah bagian dari taqwa. Akhlak disebutkan secara khusus karena menunjukkan pentingnya hubungan kita dengan sesama. Banyak yang beranggapan bahwa taqwa hanya terkait dengan hak-hak Allah, tanpa memperhatikan hak-hak sesama.

Baca Juga:  Doa Anak, Selamatkan Orang Tua dari Api Neraka

Nabi shallallahu alaihi wasallam menjadikan akhlak baik sebagai tanda kesempurnaan iman. Dari Abu Hurairah radhyallahu anhu, beliau bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Abu Daud no 4682 dan Ibnu Majah no 1162)

Bentuk Akhlak yang Baik

Akhlak yang baik atau khusnul khuluq ditafsirkan oleh para salaf dengan beberapa contoh, antara lain:

  • Al Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, “Akhlak yang baik adalah ramah, dermawan, dan bisa menahan amarah.”
  • Asy-Sya’bi menyatakan bahwa “Akhlak yang baik adalah bersikap dermawan, suka memberi, dan membuat orang lain bahagia.”
  • Ibnu Mubarak menambahkan, “Akhlak yang baik adalah bersikap manis, gemar berbuat kebaikan, dan menahan diri dari menyakiti orang lain.”
  • Imam Ahmad mengatakan, “Akhlak yang baik adalah tidak mudah marah dan mampu menahan amarah di hadapan orang lain.”
  • Ishaq bin Rohuwyah berkata bahwa akhlak yang baik adalah bermuka manis dan tidak mudah marah. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU