“Tamu” yang Selalu Berkunjung

Tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa ada “tamu” yang senantiasa mengunjunginya tanpa terlihat. Siapakah dia?

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas menyatakan, “Malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini sebanyak 70 kali dalam sehari.”

Ketika Izrail merenungi wajah seseorang, dia mendapati orang tersebut sedang tertawa. Izrail pun berkata, “Heran sekali aku melihat orang ini. Aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih tampak ceria dan tertawa.”

Suatu ketika, seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuknya. Itulah orang yang paling cerdas.” (HR Ibn Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy).

Sungguh mengherankan, ada manusia yang masih bisa bersenang-senang dan tertawa, seolah tidak ada masalah yang perlu dipikirkan. Meskipun mereka mungkin memiliki amal kebajikan yang sedikit dan banyak melakukan dosa, mereka tetap merasa tenang.

Baca Juga:  Renungan Harian Kristen, Selasa, 3 Desember 2024: Bukan karena Kuat dan Kuasa

Sadar Akan Kematian

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka selalu diawasi oleh malaikat maut, kecuali orang-orang saleh yang selalu mengingat kematian. Golongan ini tidak lalai dan selalu sadar akan kehadiran malaikat maut.

Mereka rajin meneliti hadits-hadits Nabi SAW yang menjelaskan hal-hal gaib, terutama yang berkaitan dengan kematian dan malaikat maut. Malaikat maut menjalankan perintah Allah dengan tepat. Dia tidak hanya diutus untuk mencabut roh orang yang sakit atau mengalami kecelakaan.

Ajal tidak mengenal status kesehatan atau kekayaan. Malaikat maut akan datang tepat pada waktunya, terlepas dari apakah seseorang sedang bahagia atau tidak. Ketika ajal tiba, kematian tidak akan tertunda, meskipun hanya sekejap.

Kadang Allah menjadikan sakit yang berkepanjangan sebagai rahmat bagi orang beriman, memberi mereka kesempatan untuk merenungkan kematian dan memperbaiki diri. Ini adalah peluang untuk menambah bekal amal menuju akhirat dan tidak menjadi orang yang merugi.

- Iklan -
Baca Juga:  Kafan dan Persemayaman Jasad Rasulullah SAW

Kematian yang mendadak, akibat kecelakaan, juga berfungsi sebagai peringatan bagi yang masih hidup, agar selalu waspada dan berusaha memperbaiki diri serta menambah amal baik.

Sungguh, jika ajal datang tiba-tiba, akan timbul penyesalan yang sia-sia. Para shalih percaya bahwa sakit adalah tanda kasih sayang Allah. Sebaliknya, mati mendadak tanpa peringatan bisa dianggap sebagai kemarahan Allah.

Allah SWT berjanji untuk memberikan berbagai sebab menjelang kematian, sehingga orang bisa memahami bahwa semua itu berhubungan dengan ajal yang telah ditetapkan. Saat kematian terjadi, mereka seringkali menyebut alasan seperti sakit atau kecelakaan, melupakan peran malaikat maut.

Namun, pada hakikatnya, ajal adalah ketetapan Allah yang tak terhindarkan. Izrail hanyalah pelaksana perintah Allah. Kematian tidak mengenal apakah seseorang sehat atau sakit, dan tidak ada yang bisa mengundurkan atau mempercepatnya. Allah berfirman: “Setiap umat memiliki ajal, dan tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat pula mempercepatnya.” (Surah Al-A’raf, ayat 34). (Ana)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU