Makasaar, FAJARPENDIDKAN.co.id – Memperingati Hari Cinta Buku, Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) Jaffray Makassar menggelar sejumlah kegiatan diantaranya, lomba baca Alkitab dalam tiga bahasa (Inggris, Yunani dan Ibrani), lomba cipta lagu dan menyanyikannya, lomba debat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, lomba iklan pendek seperti iklan promosi kampus dan iklan layanan masyarakat.
Ada juga kegiatan teknik membaca cepat yang dirangkaikan dalam kegiatan bedah buku yang diselenggarakan di Kapel STFT Jaffray, Jumat (26/6).
“Jadi ini adalah kegiatan hari cinta buku. Tujuannya adalah untuk membuat mahasiswa lebih berprestasi. Sedianya kegiatan ini dilaksanakan pada bulan april lalu, tetapi karena melihat situasi yang sementara diberlakukan PSBB, makanya tertunda. Ternyata ada pemberlakuan new normal, kami melanjutkan kegiatan ini,” jelas Adrian Ibrahim selaku Ketua Panitia.
Lebih lanjut Adrian menjelaskan, kegiatan ini juga sebagai penunjang kampus dalam pelaporan borang untuk meningkatkan akreditasi kampus.
Pada kesempatan yang sama, Johana Betris Tumbol yang merupakan Pembina dalam kepanitiaan menjelaskan, kegiatan ini diselenggarakan sebagai jawaban atas masalah yang terjadi di kampus, yaitu kurangnya minat baca dari mahasiswa.
“Nah, untuk meningkatkan minat baca itu, kami menggelar acara ini juga memperingati hari cinta buku,” ungkap Betris yang juga merupakan Kepala Perpustakaan STFT Jaffray Makassar.
Tidak hanya beda buku yang dilakukan, tetapi juga literasi informasi, untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada mahasiswa.
Bagaimana mereka bisa mengetahui kebutuhan informasi, bagaimana mereka menelusuri informasi, bagaimana mereka mengevaluasi secara kritis informasi dan bagaimana mereka menggunakan informasi itu secara efektif dan efisien.
“Supaya mereka bisa menghasilkan karya. Karena ‘kan mahasiswa dituntut untuk menghasilkan karya. Apakah dalam bentuk jurnal, atau pun skripsi,” katanya.
Jadi, sambungnya, selain untuk meningkatkan minat baca, tetapi juga tahu menelusuri sumber-sumber informasi, sehingga mahasiwa tidak membuat karya yang sifatnya plagiat atau hoax.
“Karena ini ‘kan dunia akademik jadi dituntut mereka itu membuat karya secara ilmiah. Jadi itu yang mendasari kami untuk membuat kegiatan ini, supaya mendorong mahasiswa bisa menghasilkan karya secara efektif dan berguna bagi masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, pada malam acara puncak, digelar bedah buku yang berjudul, “Pelecehan Rohani dalam Gereja” yang menghadirkan Pdt Dr Ivan Th J Weismann, MHum sebagai pembicara, dan Pdt Dr Armin Sukri Kanna, MTh dan Pdt Dr Yunus D A Laukapitang sebagai penanggap. Dimoderatori oleh Aldorio Flavius Lele, M Th cand.
“Jadi buku ini dibedah supaya mahasiswa tahu kondisi di gereja itu seperti apa, masalah-masalah apa yang terjadi. Kemudian bagaimana solusinya supaya tidak terjadi pelecehan rohani dalam gereja,” jelas Betris.
“Pelecehan rohani seperti, penyalahgunaan otoritas atau kewenangan seorang pemimpin untuk ‘menghipnotis’ atau ‘menyugesti’ jemaat supaya tunduk sepenuhnya kepada dia. Jadi apa pun yang dia minta, jemaat bisa kasih. Jadi seperti pemimpin-pemimpin yang berkharisma, tetapi menyalahgunakan kharisma itu. Jadi seolah-olah dia mendengar suara dari Tuhan, kemudian itu yang disampaikan kepada jemaat, kemudian jemaat hanya menurut saja. Jadi itu termasuk pelecehan rohani,” terangnya.
Betris pun berharap dari kegiatan ini, mahasiswa bisa melahirkan karya seperti artikel jurnal baik untuk submit di Indonesia mau pun internasional. (FP)