Tari Bedhaya Yogyakarta : Sejarah, Makna, Gerakan, Properti, dan Busananya

Tari Bedhaya adalah salah satu tari klasik yang berasal dari Keraton Yogyakarta dan Surakarta, dengan sejarah yang panjang serta makna mendalam. Tari ini memiliki keanggunan gerak yang sangat halus dan lemah lembut, mencerminkan nilai-nilai spiritual, religius, serta budaya Jawa. Berikut penjelasan mengenai sejarah, makna, gerakan, properti, dan busananya:

1. Sejarah Tari Bedhaya

Tari Bedhaya memiliki akar sejarah yang kuat di dalam keraton (istana) Jawa, khususnya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Tarian ini pertama kali diciptakan pada masa Kerajaan Mataram pada abad ke-16. Bedhaya dianggap sebagai tarian yang sakral dan berhubungan dengan mistis, karena awal mulanya dipercaya terinspirasi oleh kisah pertemuan raja Mataram dengan Nyai Roro Kidul, penguasa Laut Selatan. Tari Bedhaya merupakan tarian penghormatan yang melambangkan hubungan antara raja dan kekuatan alam serta dunia spiritual.

Di masa lalu, tari ini hanya dibawakan di dalam lingkungan keraton pada acara-acara tertentu seperti penobatan raja, upacara pernikahan keraton, dan acara keraton lainnya. Pada awalnya, tarian ini tidak boleh ditampilkan kepada masyarakat umum, karena statusnya yang sangat sakral.

2. Makna Tari Bedhaya

Tari Bedhaya memiliki makna yang sangat simbolis. Tari ini sering dianggap sebagai representasi hubungan manusia dengan Tuhan, alam semesta, serta perjalanan hidup manusia. Jumlah penari biasanya sembilan orang, yang melambangkan sembilan lubang pada tubuh manusia yang dikenal sebagai babahan hawa sanga dalam filsafat Jawa. Setiap gerakan dalam tari Bedhaya mencerminkan nilai-nilai spiritual seperti kesabaran, kerendahan hati, dan ketenangan batin.

Baca Juga:  Mengenal Tari Kancet Ledo, Tarian Tradisional dari Kalimantan Timur

Selain itu, Tari Bedhaya juga mencerminkan kekuasaan, kewibawaan, dan kedaulatan raja, yang dalam konteks Jawa dianggap sebagai perwujudan dari kekuasaan ilahi. Tarian ini menegaskan peran raja sebagai penguasa duniawi yang memiliki hubungan dengan kekuatan gaib.

3. Gerakan Tari Bedhaya

Gerakan dalam tari Bedhaya sangat halus, anggun, dan teratur. Setiap gerakan memiliki makna simbolis dan harus dilakukan dengan penuh konsentrasi. Tidak ada gerakan yang terburu-buru; semua dilakukan dengan kehalusan dan ketepatan. Berikut beberapa ciri khas gerakan tari Bedhaya:

  • Lemah Gemulai: Gerakan tangan, kepala, dan kaki harus dilakukan dengan penuh kelembutan dan keanggunan.
  • Melebur dalam Gerakan: Para penari harus tampak seperti bergerak bersama sebagai satu kesatuan yang harmonis.
  • Langkah Halus (Maju Mundur): Langkah-langkah kaki kecil yang sangat halus mencerminkan keselarasan dan keseimbangan hidup.
  • Gerakan Simetris: Tarian ini sering kali berbentuk pola simetris untuk menunjukkan keharmonisan alam semesta.

4. Properti dalam Tari Bedhaya

Pada umumnya, Tari Bedhaya tidak memerlukan banyak properti. Penari hanya membawa diri mereka dan ekspresi tubuhnya sebagai bentuk utama dari tarian. Namun, beberapa versi mungkin menggunakan properti yang minimal, seperti:

  • Kain Sampur: Selendang yang disampirkan di pundak penari, sering digunakan untuk memperindah gerakan tangan dan lengan.
  • Keris: Dalam beberapa pertunjukan Bedhaya, penari atau tokoh raja bisa membawa keris yang melambangkan kekuasaan dan kekuatan.
Baca Juga:  Sejarah, Jenis, Makna Dan Filosofi Pakaian Adat DKI Jakarta

5. Busana Tari Bedhaya

Busana dalam Tari Bedhaya sangat penting karena menggambarkan keanggunan dan kebesaran Keraton. Busana penari sangat rumit dan detil, serta melambangkan status sosial dan peran spiritual tarian ini. Berikut adalah ciri-ciri busana Tari Bedhaya:

  • Kebaya Klasik: Penari memakai kebaya klasik Jawa yang terbuat dari bahan sutra atau beludru dengan motif tradisional.
  • Kain Batik: Para penari mengenakan kain batik panjang yang diikat dengan lilitan di pinggang, melambangkan kerapian dan kesederhanaan dalam tradisi Jawa.
  • Sanggul: Rambut penari disanggul rapi dalam gaya tradisional yang disebut sanggul bokor mengkureb, melambangkan kemuliaan dan keanggunan.
  • Aksesoris Emas: Penari juga mengenakan aksesoris emas seperti kalung, gelang, dan anting-anting yang menambah keindahan dan nilai artistik tarian.
  • Mahkota Cunduk Mentul: Pada bagian kepala penari, terdapat hiasan mahkota yang disebut cunduk mentul, yang menambahkan kesan kemewahan dan kebesaran.

Itulah penjelasan mengenai sejarah, makna, gerakan, properti, dan busananya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU