Tari Saman Aceh: Sejarah, Makna, dan Busana

Tari Saman adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Tarian ini telah dikenal oleh masyarakat dunia. Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai Sejarah Tari Saman, Makna Tari Saman dan Busana yang dikenakan oleh penarinya.

1. Sejarah Tari Saman

Tari Saman berasal dari suku Gayo, yang mendiami wilayah dataran tinggi di Aceh Tengah, Aceh. Tarian ini awalnya digunakan sebagai media dakwah oleh seorang ulama bernama Syekh Saman pada abad ke-14, yang menyebarkan ajaran Islam di kalangan masyarakat Gayo. Syekh Saman menciptakan tarian ini dengan memasukkan unsur-unsur syair Islami yang berisi puji-pujian kepada Allah dan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, Tari Saman sering disebut juga sebagai “Tari Meuseukat” yang bermakna “mengaji atau bersyair.”

Awalnya, Tari Saman hanya dipertunjukkan dalam acara-acara keagamaan, seperti perayaan Maulid Nabi dan acara adat lainnya. Seiring waktu, tarian ini menjadi semakin dikenal di tingkat nasional dan internasional. Pada tahun 2011, UNESCO menetapkan Tari Saman sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda yang membutuhkan pelestarian mendesak.

Baca Juga:  Tari Lenso : Sejarah, Makna, Properti, Gerakan, dan Busana

2. Makna Tari Saman

Tari Saman bukan sekadar hiburan, melainkan sarat makna dan filosofi. Beberapa makna yang terkandung dalam Tari Saman adalah:

  • Kebersamaan dan Kerjasama: Gerakan tari yang serempak menunjukkan pentingnya solidaritas dan kerjasama antarindividu. Setiap penari harus sinkron agar tarian terlihat harmonis.
  • Kesopanan dan Kesederhanaan: Gerakan yang halus namun dinamis melambangkan nilai-nilai kesopanan dan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Keberanian dan Ketangkasan: Gerakan cepat yang diiringi dengan perubahan formasi melambangkan ketangkasan dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup.
  • Religiusitas: Syair-syair yang dilantunkan dalam Tari Saman biasanya berisi puji-pujian kepada Allah, pengingat akan kebesaran Tuhan, serta pesan moral keagamaan.

3. Pakaian dalam Tari Saman

Pakaian yang dikenakan para penari Tari Saman memiliki karakteristik tersendiri, dengan motif dan warna yang kaya makna. Berikut elemen utama dari pakaian Tari Saman:

  • Baju: Penari Saman mengenakan baju lengan panjang berwarna hitam yang disebut “baju kerawang.” Warna hitam melambangkan keagungan dan kesederhanaan. Di bagian dada, lengan, dan pergelangan tangan, terdapat hiasan bordir atau sulaman berwarna cerah seperti merah, kuning, hijau, atau emas yang melambangkan keindahan dan kekayaan budaya Aceh.
  • Ikat Kepala (Bulang Teleng): Penari Saman juga mengenakan ikat kepala yang disebut “bulang teleng” atau “tengkuluk” yang terbuat dari kain songket berwarna emas. Aksesoris ini melambangkan kebesaran budaya dan kearifan lokal.
  • Celana: Penari mengenakan celana hitam panjang yang disesuaikan dengan warna baju. Bagian pinggang juga dihiasi dengan kain songket yang dililitkan di pinggang, memberikan sentuhan tradisional yang indah.
  • Sarung atau Kain Songket: Sebagai aksesoris tambahan, beberapa penari juga mengenakan sarung songket yang dililitkan di pinggang. Warna dan motif songket melambangkan status sosial dan daerah asal sang penari.
Baca Juga:  Tari Isosolo : Sejarah, Makna, Properti, Gerakan dan Busana

Dengan harmonisasi antara pakaian, gerakan, dan syair, Tari Saman menjadi simbol kuat dari identitas masyarakat Aceh yang kaya akan nilai religius, sosial, dan budaya. Itulah penjelasan mengenai Sejarah Tari Saman, Makna Tari Saman dan Busana yang dikenakan oleh penarinya.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU