Film Tulang Belulang Tulang besutan sutradara Sammaria Sari Simanjuntak dan Lies Nanci Supangkat produksi Adhya Pictures dan Pomp Pictures siap tayang di layar lebar bioskop pada 26 September 2024.
Film ini menjadi bukti nyata kesuksesan hasil inkubasi program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung inisiatif masyarakat di bidang kebudayaan.
Film ini bercerita tentang tradisi Mangokal Holi, yakni adat istiadat memindahkan tulang belulang para leluhur dengan membongkar kembali makam untuk mengumpulkan sisa tulang belulang dan menempatkannya ke bangunan tugu.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyampaikan tayangnya film Tulang Belulang Tulang di bioskop menandakan terjaga dan makin kuatnya ekosistem dunia perfilman Indonesia secara baik.
“Ini merupakan hal yang sangat baik dalam penguatan ekosistem film Indonesia. Kemendikbudristek selalu mendukung serta memfasilitasi sineas Indonesia agar terus berkembang, terutama melalui program-program yang kami laksanakan,” ujar Hilmar, pada Kamis (19/9).
Selanjutnya, Hilmar juga menyampaikan apresiasi terhadap film Tulang Belulang Tulang yang merupakan hasil inkubasi dari program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek mampu menembus tayang di bioskop Indonesia dalam waktu dekat ini.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, memastikan bahwa pemerintah selalu hadir memberikan dukungan kepada para sineas Tanah Air untuk berkarya sehingga memperkuat ekosistem film nasional.
“Setelah produksi yang begitu sistematis, selamat dengan tayangnya film Tulang Belulang Tulang. Kami di Kemendikbudristek akan terus mendukung kerja-kerja kreatif para sineas, agar ke depannya semakin banyak prestasi film Indonesia di kancah internasional,” ucap Mahendra.
Terakhir Mahendra menginginkan ke depannya makin banyak lagi film karya sineas nasional hasil inkubasi Indonesiana Film yang dapat berkiprah lebih jauh, sehingga membuka pintu lebar bagi para sineas nasional untuk unjuk gigi di festival film internasional.
Sementara itu, Sammaria Sari Simanjuntak, selaku sutradara menyampaikan harapannya bahwa film yang ia sutradarai mampu membawa kebahagiaan dan kesenangan bagi yang menontonnya.
Sammaria menyebut, film yang diproduksi dengan semangat kekeluargaan dan latar belakang daerah Sumatera Utara ini ingin mengajak penonton merayakan setiap perjuangan yang dilalui dalam hidup.
“Danau Toba adalah sesuatu yang istimewa. Ada semacam makna simbolis juga antara latar Danau Toba dan permasalahan yang dihadapi keluarga Batak dalam film ini,” papar Sammaria.
Skenario cerita film ini adalah sebuah keluarga Batak ingin melaksanakan tradisi Mangokal Holi, namun koper berisi tulang belulang kakek buyut hilang di bandara. Keluarga tersebut harus segera menemukan tulang belulang tersebut sebab jika tidak akan dikutuk sang nenek dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di Danau Toba. Perjalanan mencari tulang yang hilang inilah yang menjadi kekuatan dari cerita film ini. (*)