Teks Khutbah Jumat 30 September 2022 Tema ‘Sabar dalam Menjalani Takdir’, Khutbah Jumat ini bisa menjadi referensi. Lengkap dengan semua panduan dalam menjadi pengkhutbah di saat sholat jumat.
Dilansir dari laman Suaramerdeka.com, Isi dari Khutbah yang dapat didirikan oleh Khatib ini sendiri yaitu berisikan tentang nasihat pada kebaikan seperti untuk terus menjalankan perintah Allah SWT dan juga menjauhi segala hal yang menjadi larangan untuk dilakukan.
Berikut merupakan isi teks Khutbah Jumat dengan tema sabar dalam menjalani takdir yang dapat digunakan sesuai dengan yang telah dikutip dari laman resmi NU JATIM:
“Sabar dalam Menjalani Takdir”
الْحَمْدُ للهِ الّذِيْ وَعَدَ لِلصَّابِرِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ جَزَاءً مَوْفُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لَاإلهَ إلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَّةِ الْخَلْقِ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ. فَإِنَّهُ قَالَ فيِ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبْ
Hadirin Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Pada kesempatan yang sangat istimewa ini saya berwasiat kepada diri sendiri dan jamaah yang dirahmati Allah marilah kita meneguhkan hati untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Caranya adalah dengan melaksanakan perintah dan menjauhi yang dilarang oleh-Nya. Semoga dalam setiap pekan, nantinya ketakwaan kita akan kian meningkat, amin ya rabbal alamin.
Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Tidak ada satupun manusia yang selama hidupnya selalu menemui apa yang diingini, selalu mendapatkan semua yang diharapkan dan segala cita-citanya menjadi nyata. Dalam setiap hidup manusia pasti ada suka dan duka. Sedih dan bahagia datang silih berganti. Maka sabar dan syukur adalah dua sikap yang harus dimiliki setiap diri agar bisa menjalani hidup dengan baik demi meraih ridha Allah SWT.
Setiap manusia dalam hidupnya ada kalanya menemui sesuatu yang cocok dengan keinginannya, ada kalanya pula menemui hal-hal yang tak diinginkannya bahkan ia benci. Dua keadaan itu mengharuskan kita bersikap sabar. Kesehatan, keselamatan, harta, pangkat dan segala kenikmatan dunia adalah hal-hal yang pasti kita inginkan. Namun, justru keadaan-keadaan inilah yang lebih membutuhkan sikap sabar. Kita harus bisa menahan diri agar tidak terjerumus dalam kenikmatan-kenikmatan fatamorgana dunia yang akan menghantarkan kita pada kehancuran.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Munafiqun ayat 9:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
Artinya: Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
Selanjutnya, sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan dan watak manusia yaitu menjalani taat dan menjauhi maksiat. Setiap hamba harus terus bersabar dalam ketaatan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan sabar tingkat tertinggi adalah sabar menghadapi musibah-musibah seperti kematian, sakit, kecelakaan, hilangnya harta dan lain sebagainya. Seorang hamba yang baik harus rela dengan ketentuan Allah dan meyakini bahwa segala yang dimilikinya adalah titipan. Semuanya akan kembali kepada Allah, Tuhan Yang Maha Menciptakan. Dengan keyakinan seperti ini maka ia akan tetap teguh dan kuat untuk melanjutkan langkah untuk meneruskan hidup.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 155 dan 157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧
Artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Hadirin yang Berbahagia
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 172 sebagai berikut:
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.
Dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 Allah juga berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Dua ayat Al-Qur’an ini mengandung perintah Allah SWT kepada hamba untuk bersyukur. Selanjutnya kita harus pahami bahwa hakikat makna syukur terdiri dari tiga aspek yaitu ilmu, hal dan amal. Maksud dari aspek ilmu adalah kita harus mengetahui dan menyadari bahwa segala nikmat adalah dari Allah Yang Maha Memberi nikmat dan anugerah. Maksud dari aspek hal adalah perasaan bahagia yang muncul dari pemberian nikmat Allah kepada hamba.
Jamaah yang Dirahmati Allah
Dan maksud dari aspek amal adalah melaksanakan sesuatu yang dikehendaki dan dicintai Allah sang pemberi nikmat. Aspek amal ini berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan. Hati harus meniatkan pemanfaatan aneka anugerah yang ada untuk kebaikan. Lisan harus mengungkapkan syukur dan puja-puji kepada Allah. Dan anggota badan harus mempergunakan segala nikmat dan anugerah di jalan yang diridhai dan dicintai Allah SWT.
Penting untuk diperhatikan bahwa seseorang yang mempergunakan nikmat dan anugerah Allah di jalan yang tidak diridhai dan dicintaiNya maka berarti ia telah kufur nikmat. Demikian pula jika ia tidak mempergunakan anugerah-anugerah Allah itu, membiarkan potensi-potensi diri dan hidupnya terbengkalai, tersia-sia tiada guna.
Semoga kita senantiasa dibimbing untuk mengingat, mensyukuri segala nikmat dan anugerah, dan diberi taufik dan pertolongan untuk melaksanakan penghambaan yang terbaik kepadaNya. Hal itu sebagaimana doa yang kerap kita baca berikut:
Khutbah Jumat 30 September 2022