Tapi kebalikannya kata beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam..
“Barangsiapa yang tatkala dia tertimpa kesulitan, lalu dia curahkan/serahkan/pasrahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sebentar lagi akan memberikan kepada dia anugerah yang cepat maupun anugerah yang tertunda.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membagi manusia dalam hadits yang berbarokah ini. Tatkala tertimpa kesulitan hidup dan itu adalah satu kepastian dalam kehidupan umat manusia. Siapapun dia, apapun jabatannya, berapa kekayaannya, apapun kekuatannya, orang itu mesti akan mengalami yang namanya faaqah dalam kehidupannya (sisi apapun).
Mungkin faaqah itu menimpa dia dari sisi ekonomi, mungkin menimpa dia dari sisi kesehatan, mungkin menimpa dia dalam masalah prahara rumah tangganya, atau mungkin dalam masalah anak keturunannya. Itu mesti akan dialami oleh seorang anak manusia.
Kelompok pertama
Manusia terbelah menjadi dua. Ada orang-orang yang kalau tertimpa faaqah (kesulitan hidup) malah menyerahkan urusan itu kepada orang. Entah orang itu dirinya sendiri, dia ‘ujub, merasa punya kekuatan, merasa punya kekuasaan, sehingga akhirnya dia berusaha tanpa i’timad kepada Allah. Tanpa bersandar kepada Allah dia meyakini mampu melakukan itu dengan dirinya sendiri.
Atau mungkin dia menyandarkan hal itu hanya kepada orang lain, orang yang dia anggap berkuasa, orang yang dia anggap punya kekuatan, orang yang dia anggap punya kekuasaan dan yang lainnya.
Atau mungkin yang lebih parah hanya mengeluhkan kepada orang lain. Terutama yang lebih parah pada zaman sekarang kondisi itu dia keluhkan lewat medsos atau yang lainnya.
Maka yakinlah tidak akan pernah terselesaikan masalah tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَم تُسدَّ فاقتُه.
Bagaimana mungkin akan terselesaikan wahai kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala? Manusia itu tercipta oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh segala kekurangannya.
Allah menyebut manusia sebagai makhluk yang dhaif:
وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا
“Manusia tercipta dalam kondisi yang lemah.” (QS. An-Nisa[4]: 28)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut manusia adalah hamba yang fakir:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai sekalian manusia, kalian adalah orang-orang yang fakir dihadapan Allah, sedangkan Allah lah Yang Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS. Fathir[35]: 15)
Manusia itu akan dibatasi dengan kematian:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Semua jiwa pasti akan mengalami kematian.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)
Dan manusia itu hatinya tidak stabil, kadang begini kadang begitu. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ…
“Bahwasanya hati manusia itu antara dua jarinya Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah yang membolak-balikkan hati manusia itu tergantung pada apa yang Dia kehendaki.”
Kelompok kedua
Kelompok kedua adalah orang-orang yang tatkala tertimpa musibah, tatkala dia itu tertimpa malapetaka, tatkala dia tertimpa kesulitan dalam hidupnya, maka dia sandarkan hidupnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
فأنزلَها باللهِ
“Dia pasrahkan itu kepada Allah.”
Bagaimana bentuk kepasrahan, bagaimana bentuk dia sandarkan itu kepada Allah? Yaitu dengan cara yang syar’i. Salah satunya apa yang disabdakan oleh Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Berjuanglah/bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah, jangan pernah putus asa.” (HR. Muslim)
Ikhtiar, berusaha, lalu berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu menyerahkan urusan itu kepada Allah dengan tawakal.
Usaha yang kuat! Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menurunkan pertolonganNya kecuali dengan usaha. Itu sunnatullah yang berjalan. Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ
“Doa adalah senjata seorang mukmin.” (HR. Al-Hakim)
Dan semua orang yang berdoa (asalkan terpenuhi syarat dan rukun serta adabnya doa) pasti akan dikabulkan oleh Allah. Kemudian tawakalkan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka apabila orang menyandarkan masalahnya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya janji Rasulullah akan segera terwujud.
فيُوشِكُ اللهُ برزقٍ عاجلٍ ، أو آجلٍ
“Maka niscaya sebentar kemudian Allah akan menganugerahkan kepada dia anugerah yang cepat atau agak terlambat.”
Khutbah Jumat Kedua
Jama’ah kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..