Menyerahkan urusan kepada Allah dalam semua urusan yang kita hadapi di alam Mayapada ini adalah bentuk dari ketawakalan. Dan hakikat dari tawakal adalah apa yang disabdakan oleh Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tawakal yang sesungguhnya, maka niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada seekor burung.”
Burung digambarkan oleh beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Pagi hari itu keluar dari sangkarnya dalam kondisi lapar, lalu sore hari dia balik ke sangkarnya dalam kondisi yang kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Al-Hakim)
Tawakal tetap dengan usaha. Karena burung tersebut tidak mendapatkan apa yang dia inginkan (tidak mendapatkan rezekinya) kecuali keluar dari sangkarnya.
Tetap dia berusaha, tapi dia tahu bahwa usaha yang dia lakukan itu adalah sudah ditetapkan oleh Allah. Apapun hasilnya maka itu yang kemudian dia terima dan dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga hingga sore hari dia pulang dalam kondisi kenyang mendapatkan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita adalah hamba-hamba Allah yang mampu mensikapi hidup ini dengan penuh kearifan, mensikapi masalah-masalah kehidupan kita sandarkan itu kepada Allah dan kita tawakalkan itu kepada Allah setelah kita berjuang untuk menyelesaikannya dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.