Karsinoma Nasofaring merupakan salah satu jenis kanker yang terganas di dunia. Kanker jenis Karsinoma Nasofaring ini bersarang dan berkembang di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Menurut Dr Achmad Chusnul Romdhoni dr Sp THT-KL(K) FICS memaparkan beberapa faktor yang mendasari terjadinya karsinoma nasofaring.
Pertama, virus Epstein-Barr (EBV), faktor genetik, khususnya pada ras mongoloid. Namun di tegaskannya, gen tidak dapat menularkan penyakit ini. Hanya saja yang bersangkutan akan memiliki kerentanan terhadap terjadinya karsinoma nasofaring.
Kedua, faktor lingkungan. Makanan yang di asinkan akan menimbulkan karsinogen lingkungan yang di sebut dengan nitrosamin. Nitrosamin inilah yang membuat daya tahan tubuh menjadi rentan terhadap karsinoma nasofaring.
“Jadi yang suka makan ikan asin dan telur asin dari sekarang harus mulai dipikirkan untuk mengganti lauknya dengan yang lain,” sarannya.
Gejala Kanker Karsinoma Nasofaring mirip Flu dan Sinusitis Ringan
Gejala dini karsinoma nasofaring sangat mirip dengan flu atau sinusitis ringan. Pada awalnya pendengaran akan terganggu, seperti ada air di dalam telinga.
Kemudian pada hidung akan muncul lendir yang bercampur darah. Selanjutnya muncul benjolan di samping leher, agak ke bawah telinga.
“Tiga (hal) ini ada pada satu orang usia berapapun, terutama usia di atas empat puluh, maka kita boleh men-suspect ini sebagai suatu karsinoma nasofaring dan untuk di rujuk ke dokter THT-KL,” ujar dr Ramdhoni.
Karsinoma nasofaring sambungnya, dapat di cegah dengan menerapkan pola hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan yang di asinkan, berolahraga untuk menjaga imun tubuh, dan mengendalikan stres.
Penyakit itu menempati urutan keempat terbanyak di Indonesia dan di kelima secara internasional.
Untuk regio kepala leher, karsinoma nasofaring ini merupakan penyakit dengan tingkat keganasan tertinggi.
“Sekitar 60–70 persen dari head and neck cancer itu adalah karsinoma nasofaring,” jelas dia.
Berdasarkan publikasi di Indonesia pada tahun 2012, kasus karsinoma nasofaring ini bertambah sebanyak 6.2 per 100.000 populasi setiap tahunnya. Sejumlah 70–80 persen pasien diantaranya datang dalam kondisi stadium lanjut.
“Di sini memang yang perlu kita pahami adalah bagaimana dokter umum atau masyarakat aware dalam mendeteksi penyakit ini. Jadi, early detection yang perlu kita galakkan,” ungkap wakil dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.