Tetap Sahabat

Kisah ini terjadi saat aku masih sekolah menengah atas (SMA) di salah satu desaku. Aku punya teman yang bernama Ana dan Dewi, mereka sudah bersahabat dari sekolah dasar, Ana bersahabat dekat dengan Dewi.

Mereka bersahabat berawal dari ibunya Dewi yang bekerja menjadi asisten rumah tangga (ART) di rumahnya Ana waktu Ana masih kecil, ibunya Dewi selalu membawa Dewi saat bekerja dan mereka bermain bersama setiap hari, sejak itulah mereka dekat dan bersahabat sampai sekolah menengah atas (SMA).

Keluarga Dewi orang tidak mampu dan ibunya Ana memenuhi semua kebutuhan Dewi dari kebutuhan sekolah maupun kebutuhan sandang.

Hingga sampai akhirnya ibunya Ana meninggal dunia karena sakit dan ibunya Dewi berhenti bekerja di rumah Ana lagi.

Saat sekolah dasar mereka beda sekolah, Dewi negeri dan Ana swasta. Mereka banyak bermain pada waktu itu daripada sekarang.

Saat waktu sekolah menengah pertama (SMP) mereka satu sekolah dan satu kelas. Mereka selalu bersama dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Saat Dewi tidak membawa uang saku Dewi selalu ditraktir Ana makan di kantin. Saat Dewi mendapat kiriman uang dari ayahnya yang merantau di luar kota Dewi yang menraktir Ana makan.

Katanya kalo punya sahabat tapi belum pernah punya masalah belum bisa disebut sahabat. Ya, Ana dan Dewi sering punya masalah dan berantem, dari masalah salah paham maupun masalah cowok.

Ana dan Dewi sering suka sama satu cowok, pernah waktu itu Ana dekat sama cowok sebut saja Angga dan Ana lagi punya masalah sama cowoknya.

- Iklan -

Ana minta tolong sama Dewi buat bujuk cowoknya untuk baikan sama Ana tetapi kesempatan itu dibuat Dewi buat deketin cowok Ana, ternyata Dewi suka sama cowoknya Ana dan sering cemburu kalo Ana sering jalan pulang bareng sama Angga.

Ana pura – pura tidak tahu kalo sebenarnya Dewi diam – diam menjalin hubungan di belakangnya.

Dan suatu hari Ana sudah muak dengan kelakuan mereka yang menghianatinya, Ana marah banget sama mereka dan Ana bilang sama Dewi, “Maksud kamu apa wi deketin cowokku di belakangku?” Awalnya Dewi tidak mau mengaku hingga akhirnya si Angga ngomong, “Maaf an selama ini kita menjalin hubungan di belakang kamu.”

Begitu kecewanya Ana saat Angga sendiri yang jujur padanya. Ternyata jujur itu lebih menyakitkan dan lebih baik jujur walaupun menyakitkan daripada berbohong tapi mematikan.

Si Dewi pun dibuat gelisah karena harus memilih antara cowok yang hanya membuat dirinya sebagai pelampiasan atau Ana sahabatnya dari kecil. Akhirnya setelah dipikir matang-matang Dewi memilih persahabatannya daripada cowok yang membuat dirinya hanya sebagai pelampiasan.

Mereka berdua pun baikan dan meninggalkan Angga. Ana dan Dewi sering keluar bareng, mereka selalu bersama suka maupun duka. Saat SMA mereka masih satu sekolah tapi berbeda jurusan.

Angkatan mereka bulan depan mengadakan study tour ke Bali, kelas Dewi mengadakan membuat baju angkatan dan kebetulan Dewi mendapatkan kepercayaan untuk memegang uang kelas dan Dewi mencari sablon baju yang bagus.

Setiap Dewi ingin transfer Ana sering diajak transfer uang kelas ke toko sablon baju yang kebetulan toko salon tersebut berada di luar kota. Dewi belum tahu banyak tentang toko sablon tersebut, dia hanya tergiur lewat sosial media dan Dewi untuk pertama kalinya dikasih kepercayaan untuk mengurus semua ini.

Semua uang sudah di transfer dan tinggal menunggu jadi bajunya. Dan sampai hari yang dijanjikan barang belum dikirim. Dewi didesak teman – temannya dan berkata, “Wi, kapan bajunya datang kok sampai sekarang bajunya belum datang juga?” sahut teman – temannya.

Dewi bingung harus bilang apa kalau sebenarnya pihak sablon tidak bisa dihubungi padahal uang sudah ditransfer semua. Dewi hanya bisa curhat sama Ana, dia takut kalau teman – temannya punya pikiran yang tidak – tidak terhadap dirinya.

Dan suatu hari Ana mendengar kabar dari teman sekelasnya, “Eh Ana, katanya si Dewi korupsi uang kelas ya? Katanya uangnya tidak di transfer makanya barangnya belum datang” kata teman sekelas Anna, seketika Ana bilang, “Eh kata siapa? jangan buat gosip yang tidak benar kalo tidak ada buktinya.” Kata Ana, dan teman Ana seketika diam.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU