Tetap Waspada! Ini Gejala Covid-19 pada Anak-anak di Indonesia

Berdasarkan data Satgas Covid-19 pada 11 Juni, setidaknya 1,2 persen anak Indonesia di bawah usia 18 tahun meninggal akibat terpapar Covid-19. Jika dihitung dari jumlah kasus kumulatif, jumlah anak-anak yang meninggal sekitar 630 orang.

Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mengungkap temuan dan fakta baru anak-anak yang terpapar Covid-19 di Indonesia. Salah satu temuan tersebut adalah fakta 67,3 persen anak Indonesia yang terapapar virus corona tidak menunjukkan adanya gejala.

Sejak Maret hingga November 2020, Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio dan koleganya telah meneliti 1.973 sampel anak-anak dengan usia di bawah 18 tahun. Dari jumlah tersebut, mereka menemukan 208 anak terpapar Covid-19.

“Dari 208 anak, sebanyak 140 pasien positif Covid-19 tidak mempunyai gejala,” sebagaimana dikutip dari akun Instagram @eijkmannstitute, Sabtu (26/6).

Baca Juga:  Gerakan "Sahabat Nasional", Bantu Siswa Tak Mampu dan Berdayakan Lansia

Temuan Eijkman, hanya 32,7 persen atau 68 anak-anak positif Covid-19 yang menunjukkan adanya gejala.

Adapun sejumlah gejala yang paling banyak dilaporkan oleh sejumlah pasien Covid-19 di Indonesia menurut laporan Eijkman:

1. Batuk 57,4 persen.

2. Kelelahan 39,7 persen.

3. Demam 36,8 persen.

Selain itu, Eijkman juga menemukan bahwa dari 208 anak yang terpapar Covid-19 itu, hanya 15 pasien yang menunjukkan adanya gejala sesak nafas. Diketahui, gejala ini paling banyak dilaporkan pada pasien dewasa.

- Iklan -
Baca Juga:  Kenali Perbedaan Flu dan Pilek pada Anak

“Pneumonia yang dikonfirmasi oleh X-ray lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 1-5 tahun (77 persen) dan 6-10 tahun (66,7 persen),” tulis Eijkman.

Meski mayoritas anak-anak yang terpapar Covid-19 tidak bergejala atau hanya memiliki gejala ringan, Eijkman memberi catatan bahwa anak-anak yang terinfeksi virus corona itu memiliki peran yang sangat besar dalam penularan Covid-19.

“Anak-anak positif Covid-19 mempunyai peran yang sangat besar pada transmisi virus SARS-CoV 2 di suatu populasi,” jelas Eijkman.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU