Tim Dosen dan Laboran Jurusan Fisika UIN Alauddin Ciptakan Alat Cuci Tangan Bersensor

Gowa, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Imbauan menjaga jarak fisik dan menjaga kebersihan serta konsumsi gizi berimbang menjadi kampanye WHO dan pemerintah yang paling masif selama pandemi covid-19 melanda dunia.

Di Indonesia khususnya, imbauan tersebut menitikberatkan pada pembiasaan untuk menjaga kebersihan personal dengan lebih sering mencuci tangan yang benar dan konsisten dengan sabun dan air.

Namun, penularan virus juga dapat berasal dari alat pencuci tangan yang gunakan bersama karena masing-masing pengguna harus menyentuh keran untuk memulai dan mengakhiri proses mencuci tangan.

Merespon masalah tersebut, tim dosen dan laboran jurusan fisik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin merakit alat pencuci tangan berbasis sensor cahaya infra merah bertenaga baterai, sehingga air akan mengalir tanpa menyentuh keran.

“Alat ini menggunakan sensor cahaya infra merah sehingga pengguna alat tersebut bisa mencuci tangan tanpa menyentuh instrumen yang telah dirakit ke sebuah galon dan pembuangan, cukup melewatkan tangan pada bagian atas perangkat maka air akan mengalir,” jelas Muhtar, ST., MT. promotor terciptanya alat pencuci tangan berbasis sensor tersebut.

Baca Juga:  Dibalik Pekerjaan Farmasi: Peran Penting di Balik Layar Dunia Kesehatan

Laboran jurusan fisika yang berkolaborasi dengan dosen dan tim dari laboratorium jurusan fisika tersebut merakit dan menguji coba alat tersebut sejak akhir April 2020 dan telah didesiminasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mendapat sambutan hangat di Puskesmas Samata Gowa dan Puskesmas Moncongloe Maros pada hari Senin tanggal 4 Mei 2020.

Ketua Jurusan Fisika Ihsan, S Pd., M Si. yang dihubungi terpisah mengatakan, cuci tangan akan sia-sia bila keran untuk mengatur keluar dan berhentinya air masih dipegang.

Baca Juga:  Profesi Farmasi: Pilar Kesehatan Modern

“Apalagi secara berjamaah untuk membuka atau menutupnya. Tim mulai terpikir untuk merangkai alat sederhana dengan sensor cahaya infra merah tersebut yang membutuhkan hanya sehari untuk merakitnya,” kata Ihsan yang dihubungi via whatsApp.

Alat sensor itu, kata Ihsan, belum sempurna. Masih banyak yang harus dibenahi, termasuk terhadap tingkat sensitivitas benda atau cahaya.

- Iklan -

“Tim kami akan terus bekerja dan kami merencanakan untuk mengajukan paten sederhana dalam waktu dekat dengan karya tersebut,” tutupnya.

Alat yang mengandalkan baterai bertenaga 5 Volt sebagai sumber arus listriknya, dilengkapi dengan pembuangan yang memiliki sistem filtrasi alami menggunakan arang, ijuk, pasir dan silika sehingga limbah cairan cuci tangan tidak mencemari tanah atau lingkungan.(*/FP)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU