FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tim Pengabdian Fakultas Peternakan Unhas melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Barana Kec. Bangkala Barat Kab. Jeneponto pada hari Kamis, 10 Desember 2020.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Departemen Sosial Ekonomi Peternakan yang berkolaborasi dengan salah satu dosen Departemen Produksi Ternak. Kegiatan diawali dengan kata sambutan dari salah satu tokoh masyarakat mewakili Kepala Desa Barana Drs. Muh. Basir Dg. Situju.
Ia menyambut baik kedatangan tim Pengabdian Fakultas Peternakan Unhas dan berharap bahwa kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya bagi peternak, serta di masa yang akan datang dapat tetap memberikan pendampingan kepada peternak setempat.
Ketua Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Dr. Ir. Aslina Asnawi, S.Pt., M.Si., IPM memberikan ucapan terima kasih kepada segenap masyarakat Desa Barana atas sambutan dan fasiltitas selama kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan ini dipandu oleh Dr. Syahdar Baba, S.Pt., M.Si dan tampil membawakan materi adalah Prof. Dr. Ir. Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati, M.Sc dengan judul materi adalah “Pencegahan Kutu dan Scabies pada Kambing”.
Di awal materi, Prof. Sri Rachma Aprilita Bugiwati yang biasa dipanggil Prof. Litha memperkenalkan kepada warga Desa Barana berbagai jenis kambing yang ada di Indonesia seperti Kambing Peranakan Ettawa (PE), Kambing Kacang, Kambing Marica, Kambing Kacang-PE.
Ia juga mengajak dan menghimbau warga untuk tetap melestarikan kambing lokal khas kabupaten Jeneponto yaitu kambing Marica yang sudah hampir punah.
“Marica memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap kondisi cuaca dan jenis pakan apa pun,” ucap Prof Litha.
Namun, lanjutnya, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah munculnya kutu pada kambing.
“Kutu tersebut dapat dikelompokkan atas dua yaitu jenis menggigit dan memakan sel-sel kulit mati sehingga menimbulkan rasa gatal,” jelasnya.
Jenis yang kedua, sambungnya, adalah kutu jenis menyedot yang mengisap darah sehingga menimbulkan rasa gatal dan kurang darah pada kambing.
Kutu kambing pada dasarnya dapat mengisap darah, bertelur banyak, mudah menular dan mudah menginfeksi kulit.
Beberapa tanda kambing berkutu adalah: sering mengaruk-garuk, kurus, kulitnya kusam, sering gelisah, rambutnya rontok, makan bulu, nafsu makan berkurang, stress, bulunya kasar yang tdak menutup kemungkinan dapat menyebakan kematian pada kambing.
Karakteristik kutu pada kambing biasanya hidup di bulu dan kulit kambing serta memiliki ukuran kecil yaitu sekitar 1-10 milimikro.
Ia juga memperkenalkan beberapa obat kutu yang dapat digunakan seperti Kututox-S, Tiny, Invectine, dan Aplax serta bagaimana penggunaannya.
Kutu kambing dapat dicegah dengan cara menjaga kepadatan kandang, rutin membersihkan kandang, rutin memandikan kambing, memisahkan kambing yang sakit dan sudah berkutu serta melakukan karantina kambing yang baru datang.
Cara membersihkan kandang dari kutu kambing dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan, yaitu zat kimia berupa cairan yang efektif untuk membunuh kuman pada benda tak hidup, dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak membahayakan bagi kesehatan. Jenis desinfektan yang dapat digunakan adalah Rodalan dengan takaran 40 ml. 1 liter air, Destan dengan takaran 60 ml/ 10 liter air untuk luas area 40-50 m2 dan bayclin dengan takaran 1 liter bayclin/ 9 liter air.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa ketika kambingnya sudah berkutu maka cara mengobatinya adalah dengan pemberian obat secara oral atau diminumkan. Seperti Kepromec Oral dengan dosis 0,2 ml per kg berat badan.
Selain secara oral, dapat pula diberikan obat yang disuntikkan seperti: Ivomec. Namun jenis obat yang kedua ini kelemahannya adalah biayanya mahal, resiko keguguran/ menyebabkan anak kambing kerdil (bila dilakukan pada kambing yang sedang bunting dan menyusui. Cara memandikan kambing menggunakan obat adalah satunya adalah: menggunakan kututox.
Sebanyak 10 gram per 0,5 liter air ditambahkan dengan sabun cuci air dicampur dan digosokkan pada bagian tubuh yang berkutu. Lalu dikeringkan dengan handuk, dibilas dan dikeringkan. Obat ini relatif murah yaitu Rp 11.000/ botolnya.
Prof Litha juga memaparkan bahwa yang sering dihadapi oleh kambing yaitu munculnya kudis atau Scabies. Cara penyebaran Scabies dapat melalui kontak langsung dengan ternak yang kena scabies dan kontak langsung dengan bahan yang ada kandang (sudah terkontaminasi) seperti pagar, tempat pakan, lantai kandang, dan lain-lain.
Gejala kambing yang terkena scabies adalah gatal yang hebat, kambing berusaha terus menggaruk, timbul keropeng, bulu rontok, kulit menebal dan berbintil (pada ujung mulut, sekitar mata dan dalam telinga).
Dampak kambing yang terkena Scabies Kambing adalah malas/susah makan, berat badan turun, produksi daging menurun, kualitas kulit buruk, kualitas kesehatan buruk, harga jual turun dan bisa saja menimbulkan kematian jika berlangsung selama tiga bulan.
Cara pengobatan scabies secara herbal dapat menggunakan tanaman Gamal. Caranya adalah pisahkan daun gamal dari ranting, cincang kecil dan haluskan sampai keluar minyaknya, masukkan daun gamal halus dalam panci, masukkan minyak goreng sawit (takaran 100 gr daun gamal : 200 gr minyak sawit), rebus hingga mendidih, suhu diturunkan dan rebus terus sampai 1 jam lalu dinginkan dan cairan rebusan disaring menggunakan kain.
Kegiatan ini dihadiri oleh dua belas orang dari Departemen Sosial Ekonomi Peternakan Unhas yaitu Dr. Ir. Aslina Asnawi, S.Pt., M.Si., IPM sebagai ketua tim dan anggotanya yaitu: Dr. Ir. Siti Nurlaelah, S.Pt., M.Si., Prof. Dr. Ir. Hastang, M.Si., IPU, Dr. Ir. A. Amidah Amrawaty, S.Pt., M.Si., IPM , Dr. Syahdar Baba, S.Pt., M.Si., Dr. Ir. Agustina Abdullah, S.Pt., M.Si., IPM.., Dr. Ir. Ikrar Moh. Saleh, M.Sc.,
Dr. Ir. Ilham Rasyid, M.Si., IPM., AER., Ir. Veronica Sri Lestari, M.Ec., IPM., Dr. Ir. Syahriadi Kadir, M.Si., Dr. Kasmiyati Kasim, S.Pt., M.Si., Ilham Syarief, S.Pt., M.Si., dan Prof. Dr. Ir. Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati, M.Sc mewakili Departemen Produksi Ternak Fakultas Peternakan.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua DPC Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia Kab. Jeneponto, Supriyadhi Dg. Bani, tokoh masyarakat dan warga Desa Barana yang kurang lebih dihadiri sebanyak 40 orang.
Meskipun jumlah peserta dihadiri oleh banyak orang namun dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan protokol kesehatan yaitu semua peserta menggunakan masker, atur jarak, dilakukan di tempat yang terbuka dan mencuci tangan setelah kegiatan selesai.
Pada akhirnya kegiatan ini diharapkan bahwa peternak harus dapat mencegah, mampu mengidentifikasi ternaknya yang terserang kutu dan scabies serta melakukan pengobatan jika sudah terserang untuk mengurangi risiko yang lebih besar.