Tim Iptekkes Badan Litbangkes Kemenkes RI supervisi Penelitian Pasar Sehat di Sulsel

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tim Iptekkes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melakukan supervisi atas kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, PhD bersama tim.

Kegiatan supervisi ini berlangsung dari Senin-Rabu, 23-25 November 2020 yang dilakukan di Kota Makassar meliputi Pasar Daya dan Pasar Pabaeng-Baeng dan Kabupaten Jeneponto pada Pasar Allu.

Tim supervisi ini dipantau langsung oleh Ristrini, Dra, M.Kes.
dengan jabatan Peneliti Ahli Utama, dan Dr. Gurendro Putro SKM M.Kes. dengan jabatan  Peneliti Ahli Madya.

Ia banyak memberikan kesan dan harapan bahwa perlu peningkatan dalam menciptakan pasar tradisional yang sehat.

“Dalam era pandemi Covid-19 perlu menerapkan protokol kesehatan dan pengawasan yang ketat. Perlu penataan stand pedagang yang lebih rapi dan tertib,” jelas Ristrini.

Tim banyak juga memberikan pandangan bahwa potret pasar tradisional sehat sudah diperoleh.

“Pertanyaannya apa yang perlu dilakukan atas penerapan model yang diperoleh tersebut. Harapannya adalah bahwa kegiatan ini dapat berlanjut ke depan karena ini memiliki keunikan terutama kajian pasar dari sisi etnik. Perlu digali kembali apakah ada perbedaan antara etnik Makassar, Bugis dan Toraja dalam hal pengembangan pasar sehat ini,” ungkapnya.

Prof. Sukri yang merupakan ketua tim dari penelitian ini yang juga dihadiri oleh anggota tim ikut mendampingi Tim Iptekkes.

Menurut Prof. Sukri yang juga sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan FKM Unhas, dan juga sebagai Ketua Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Sulawesi Selatan, mengatakan bahwa terdapat enam kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang merupakan lokus penelitian yaitu Kota Makassar meliputi Pasar Daya dan Pasar Pabaeng-Baeng; Kabupaten Takalar meliputi Pasar Sentral Takalar; Kabupaten Jeneponto meliputi Pasar Allu.

- Iklan -

“Pasar ini umumnya adalah berasal dari etnik suku Makassar. Selanjutnya Kabupaten Bone yaitu Pasar Sentral Bone dan Kabupaten Wajo yaitu Pasar Sentral Sengkang. Untuk wilayah ini meliputi etnik Bugis. Selanjutnya Kabupaten Toraja Utara mewakili etnik Toraja,” jelas Prof Sukri.

Prof. Sukri berharap bahwa kegiatan penelitian ini dapat berlanjut pada tahap berikutnya terutama bagi penerapan model, implementasi dan evaluasi model. “Penerapan model ini penting untuk melihat perbedaan dari ketiga suku tersebut. Pendekatan etnik atau berbasis masyarakat ini perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pasar sehat tersebut. Pasar tidak bisa sepenuhnya dikelola secara swasta karena ini adalah pasar tradisional, bukan pasar modern,” ungkapnya.

Menurutnya, advokasi pemerintah untuk menjamin keberlanjutan program dan upaya untuk mewujudkan pasar yang sehat terus perlu dilakukan. Tahapan agenda yang perlu dilakukan ke depan adalah terbentuknya Forum Peduli Pasar Sehat. Mereka inilah yang banyak membantu ke depan.

Prof. Sukri yang merupakan alumni Griffith University Australia yang banyak menekuni bidang Healthy Cities berharap bahwa Sulawesi Selatan dapat menjadi contoh pengembangan pasar tradisional sehat dan dalam jangka panjang akan terbentu aliansi atau forum nasional pasar tradisional sehat.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU