Tim PKIM Universitas Brawijaya Meneliti Terkait Pemulihan Sosial Ekonomi Petani Terdampak Pandemi

Malang, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Pandemi COVID-19 telah menyebabkan terganggunya berbagai sektor. Adanya pembatasan mobilitas penduduk oleh pemerintah mengakibatkan seluruh kegiatan masyarakat dari berbagai sektor terganggu, termasuk sektor pertanian.

Mulai dari budidaya pertanian, pengelolaan hasil pertanian, distribusi hasil pertanian, hingga berdampak pada penjualan hasil pertanian. Dampak-dampak tersebut secara langsung berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi petani.

Besarnya dampak pandemi COVID-19 terhadap sosial ekonomi petani di Kabupaten Malang dan Kota Batu membuat lima mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya tertarik melakukan riset sosial humaniora. Riset ini dilakukan untuk mengetahui upaya pemulihan sosial ekonomi yang dilakukan oleh petani pedesaan terdampak pandemi COVID-19 di Kabupaten Malang.

Kelima mahasiswa tersebut adalah Nur Aisyah Aminy, Yani Kurniawan, Arif Firmansyah, Aisya Prameswari dan Ayuni Kusumawati di bawah bimbingan dosen Hafida Ruminar, S.Pd., M.Pd.

“Petani merupakan salah satu golongan masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19. Dampak pandemi COVID-19 yang paling dirasakan oleh petani adalah harga produk pertanian yang menurun secara signifikan disebabkan oleh daya beli masyarakat yang rendah,” Tutur Ketua tim, Nur Aisyah Aminy.

Baca Juga:  Farmasi vs Apoteker: Memahami Peran dan Perbedaannya dalam Dunia Kesehatan

Dengan dilakukannya riset ini, peneliti berhasil mengungkap bahwa petani di Kapubaten Malang dan Kota Batu mengalami kerugian hingga 80% akibat permintaan yang berkurang dan harga input pertanian yang naik. Kenaikan harga input pertanian berbanding terbalik dengan pendapatan yang didapat oleh petani pada masa pandemi COVID-19.

Kerugian yang dialami para petani di Kabupaten Malang tersebut mulai dari harga jual turun, kehilangan pasar, hingga sulitnya mendapatkan sarana produksi. Untuk itu, masyarakat khususnya petani harus mampu beradaptasi untuk dapat melanjutkan kegiatannya di masa pandemi ini.

Lebih lanjut anggota tim lainnya, Yani menjelaskan bahwa sampai saat ini tidak ada bantuan dari pemerintah terkait rendahnya permintaan masyarakat di masa pandemi COVID-19.

“Upaya pemulihan yang dilakukan oleh petani sendiri untuk mengatasi kerugian akibat pandemi COVID-19 adalah dengan mengurangi jumlah tanaman tetapi memperbanyak jenis tanaman. Selebihnya para petani mengaku bahwa tidak memiliki upaya lain dan tetap menjual hasil pertaniannya dengan harga pasar yang berlaku,” Jelasnya.

- Iklan -
Baca Juga:  Yapis Kunjungi Unifa, Perkuat Kerja Sama Pascasarjana

Adanya riset ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah/stakeholder di Kabupaten Malang dan Kota Batu untuk dapat membantu petani dengan meluncurkan regulasi pertanian di masa pandemi.

Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan rujukan dalam penerapan pertanian pedesaan pada masa pandemi di daerah lain yang masih belum mampu beradaptasi dan menemukan strategi untuk pemulihan sosial ekonomi petani pedesaan yang terdampak pandemi COVID-19.

Riset ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Tanoto Foundation dalam ajang kompetisi Tanoto Student Research Award dengan judul “Tilik Kisah Sang Prajurit Pangan: Resiliensi Budaya New Normal dan Upaya Pemulihan Sosial Ekonomi Petani Pedesaaan Terdampak Pandemi COVID-19”.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU