Tips Menulis Cerita Perjalanan dari Agustinus Wibowo, Penulis Buku Titik Nol

Agustinus Wibowo adalah penulis buku Titik Nol, Selimut Debu, dan Garis Batas. Semua bukunya adalah kisah perjalanannya menyusuri negara-negara yang jarang dijelajahi traveler.

6. Bebaskanlah Dirimu

Rahasia terbesar untuk bisa menulis bagus adalah: berikan izin pada dirimu untuk menulis jelek. Banyak orang yang salah mengira bahwa penulis yang jago itu begitu mulai menulis maka kata-kata indah sempurna akan terus mengalir tanpa henti.

Pikiran bahwa kita harus menulis sebagus-bagusnya sedari awal itu menyesatkan, dan justru menjadi belenggu. Banyak orang yang patah semangat saat mulai menulis, setelah mendapati tulisan mereka tidak sesempurna yang mereka bayangkan, sehingga pada akhirnya mereka malah tidak jadi menulis apa-apa. Pola pikir ini harus diubah.

Saat awal menulis, jangan pedulikan masalah ejaan, pilihan kata, tata bahasa, atau enak-tidaknya dibaca. Tuangkan saja semua cerita yang ada di kepalamu, sampai semua cerita itu tumpah keluar. Jangan khawatir, karena sekarang kamu sudah punya kerangka, kamu tidak akan tersesat terlalu jauh.

7. Revisi, Revisi, Revisi

Setelah semua cerita selesai kamu tumpahkan dalam bentuk tulisan, jangan buru-buru dipublikasikan. Tulisan yang sangat mentah itu bisa bikin pembacamu ingin bunuh diri. Diamkan dulu satu sampai dua hari, lalu bacalah kembali tulisan itu dari depan dan perbaikilah kesalahan-kesalahan yang kamu temukan.

Proses mematangkan tulisan ini disebut editing. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah apakah alur cerita sudah mengalir lancar. Mungkin ada urutan yang keliru, mungkin ada logika yang bolong, mungkin ada bagian yang terlalu bertele-tele dan harus dibuang.

Tahapan berikutnya adalah memperkuat detail, yaitu bagaimana membuat ceritamu menjadi lebih hidup. Mungkin harus ada anekdot yang ditambahkan, mungkin ada deskripsi yang harus diperjelas.

Dalam tahapan yang paling akhir, barulah kamu memikirkan soal ejaan atau keindahan kata, supaya tulisanmu lebih sempurna. Sebagaimana pernah dikatakan Ernest Hemingway, “The first draft of anything is shit.” Menulis sebenarnya adalah pekerjaan merevisi, merevisi, dan merevisi kembali.

Sumber: AgustinusWibowo.com

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU