Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Selembut apapun nasihat ia tetap akan terasa menusuk bagi yang hatinya sakit. Tak ubahnya seperti jarum suntik, yang kelembutan tekniknya tidak akan menghilangkan rasa sakitnya.
Selunak apapun pengajaran ia akan terasa pahit bagi jiwa yang gelap oleh maksiat. Sebagaimana obat yang menyembuhkan tak pernah memiliki rasa yang nikmat.
Yang benar, jiwa yang sedang mengidap penyakit, jika ingin sembuh, yang dibutuhkan bukan hanya sekedar diberi “siraman rohani” atau “kajian penyejuk jiwa”.
Tapi ia butuh untuk dirawat dengan cara belajar agama secara sungguh-sungguh hingga sembuh.
Pasien di hadapan sang dokter, aturannya ia siap menerima resep, bukan dia yang memesan obatnya.
Begitu juga kita di hadapan para ulama, harus siap untuk menerima resep taubat, bukan kita yang justru mengatur mereka memesan nasehat sesuai selera kita….
Imam al Ghazali rahimahullah berkata :
فَاعْلَمْ أَنَّ الْأُسْتَاذَ فَاتِحٌ وَمُسَهِّلٌ، وَالتَّحْصِيْلُ مَعَهُ أَسْهَلُ وَأَرْوَحُ
“Ketahuilah olehmu, bahwasanya guru itu adalah pembuka sesuatu yang tertutup dan ia memudahkan yang rumit. Mendapatkan ilmu dengan adanya bimbingan guru akan lebih mudah dan lebih menenangkan”.