Oleh: Mas’ud Muhammadiah
(Dosen Universitas Bosowa, Makassar)
Dinamika pendidikan Indonesia memasuki babak baru dengan munculnya wacana penerapan model pembelajaran yang lebih progresif dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof Abdul Mu’ti yang baru dilantik. Metode Deep Learning yang meliputi; model Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning menjadi sorotan dalam diskusi tentang arah pendidikan nasional.
Sebagaimana diungkapkan John Dewey (1938) dalam karyanya “Experience and Education”, pendidikan sejati terjadi melalui pengalaman, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik. Pernyataan ini menjadi refleksi penting dalam mengkaji efektivitas model-model pembelajaran yang diusulkan Sang Menteri.
Dalam konteks Indonesia yang beragam, integrasi model pembelajaran baru dengan Kurikulum Merdeka memerlukan kajian mendalam. Howard Gardner (1983) melalui teori Multiple Intelligences-nya mengingatkan bahwa kecerdasan manusia bersifat majemuk dan pembelajaran harus mengakomodasi keberagaman ini. Perspektif ini menjadi sangat relevan ketika membahas transformasi pendidikan di Indonesia saat ini.
Deep Learning dalam konteks pendidikan membawa dimensi baru dalam proses pembelajaran. Jerome Bruner (1966) dalam teori pemrosesan kognitifnya menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa membangun pemahaman mereka sendiri melalui penemuan aktif.
Metode Deep Learning (pembelajaran mendalam) sejalan dengan prinsip ini, mendorong siswa menyelami materi pembelajaran secara mendalam. Pengembangan pemahaman konseptual dan penguatan kemampuan analitis dalam pembelajaran mendalam memberikan fondasi yang kokoh bagi siswa untuk membangun pengetahuan yang berkelanjutan.
Pendekatan ini mendorong siswa tidak sekadar menghafal, tetapi aktif mengeksplorasi dan membangun pemahaman melalui keterkaitan antar-konsep, pengembangan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif. (*)