Tren Kecanduan Game Online di Kalangan Pelajar, Efek Domino Pembelajaran Daring serta Urgensi Penanganannya

Penulis: Alvin Pratama

Urgensi Penanganan Kasus Kecanduan Game Online pada Pelajar

Menyikapi tren peningkatan kecanduan game online di kalangan belajar saat ini, pemerintah dipandang sebagai pihak yang paling menentukan dalam menyusun arah kebijakan pencegahan dan penanganan di dalamnya.

Pemerintah, dalam hal ini, dapat menerapkan sejumlah regulasi yang khusus mengatur serta mengawasi pelajar dalam bermain game online, seperti pemberian rating pembatasan umur pada game yang ada di PlayStore atau pun AppStore demi meminimalisir angka pengguna di bawah umur, terlebih kepada beberapa game populer, seperti Mobile Legends hingga game berkonsep peperangan lainnya yang menggunakan kuota untuk memainkan nya.

Pemerintah juga dapat menyusun agenda khusus berupa sebuah program yang mengajak siswa agar lebih mengutamakan pembelajaran dibandingkan bermain game online.

Program ini diinisiasi langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia selaku wakil pemerintah serta mengajak influencer kenamaan untuk bekerjasama memperkenalkan program tersebut dengan teknik promosi yang menarik serta kreatif melalui konten digital.

Tokoh yang diundang dikhususkan kepada mereka yang berfokus dalam dunia pendidikan sebagai pihak penarik, serta para gamers beken sebagai pihak pendorong bagi pelajar dengan menyampaikan pesan khusus agar tidak kecanduan bermain game online.

Namun, untuk mencapai semua target yang sudah ditetapkan, kehadiran pihak-pihak lain juga sangat diperlukan, baik itu dari pihak sekolah hingga orang tua siswa sendiri agar memaksimalkan proses penanganan tindak kecanduan game online yang makin marak terjadi.

Dari pihak sekolah, kehadiran guru bimbingan konseling sangat mendukung proses penanganan game online pada siswa dengan meluangkan waktu beberapa saat untuk berdiskusi secara empat mata atau pun melalui perangkat video online demi menguatkan mental sang siswa agar tidak makin kecanduan game online.

Pihak sekolah bisa menyusun sejumlah model kegiatan yang dapat mengembangkan perkembangan pelajar di kehidupan nyata, seperti membatasi bermain game online maksimal hanya dua jam per hari, melakukan kampanye rutin terkait bahaya kecanduan game online, serta guru studi menerapkan sistem reward kepada pelajar yang berhasil memanajemen waktunya dengan baik.

- Iklan -

Penerapan program tersebut dilakukan sejalan dengan literasi wajib oleh pihak sekolah guna mendorong keinginan pelajar untuk lebih rajin membaca.

Selain itu, layanan komunikasi dua arah antara orangtua dapat disalurkan melalui layanan bimbingan konseling untuk menjawab serta menjadi sarana konsultasi bagi permasalahan pelajar yang terkait kecanduan game online yang tengah mengancam.

Dan yang paling utama, kehadiran orangtua untuk menyelamatkan sang anak agar terhindar dari Internet Gaming Disorder menjadi momentum yang sangat menentukan.

Orangtua selaku pihak terdekat bagi anak harus bisa mengawasi kegiatannya dalam bermain smartphone secara berkala, membatasi aktivitas berselancar di dunia maya, serta memberikan pola asuh yang tegas, tetapi tetap tidak membuat sang anak menjadi takut lantaran ketatnya asuhan yang diberikan oleh orangtua.

Jika dilakukan sedari dini, potensi anak kecanduan game online sejatinya dapat diminimalisir.

Permasalahan terkait kecanduan game online terus mencuat ke permukaan sekarang. Terjadinya globalisasi, perkembangan teknologi, dan industrialisasi yang semakin canggih menghasilkan produk teknologi yang tidak terhitung jumlahnya.

Salah satu produk teknologi yang sedang marak dan heboh di kalangan siswa sekarang adalah game online.

Penggunaannya yang dilakukan secara bermanfaat akan berdampak positif, tetapi jika digunakan secara berlebihan maka justru berpengaruh negatif bagi kesehatan sang anak.

Oleh karena, Internet Gaming Disorder (IGD) sudah seharusnya dipandang serius akhir- akhir ini.

Sinergi dari berbagai pihak sangat diperlukan guna menyelamatkan generasi penerus bangsa dari terjangan arus globalisasi yang terus menghantui.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU