Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mengidentifikasi jenis tumbuhan paku (pteridofita) baru, Deparia stellata. Tumbuhan paku Deparia stellata ini ditemukan dari pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini.
Periset Bidang Botani Pusat Riset BRIN Wita Wardani dan tim melakukan penelitian berdasarkan spesimen yang dikoleksi oleh W.R. Barker dalam Ekspedisi Pegunungan Bintang tahun 1975.
Penemuan ini sebagai langkah penting untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku (pteridofita), khususnya di wilayah fitogeografi Malesia.
Daftarkan email “Kunci penemuan (tumbuhan paku) ini adalah kesediaan herbarium Natural History Museum London (BM) meminjamkan spesimennya. Spesimen ini saya temukan saat berkunjung ke herbarium tersebut untuk memeriksa tumpukan spesimen yang belum teridentifikasi di tahun 2016.
Semula saya mengidentifikasi spesimen tersebut sebagai Deparia petersenii,” ujar Wita dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (6/1/2022). Wita menjelaskan, secara sepintas tutupan permukaan tangkai dan rakis daun jenis tumbuhan baru ini terlihat berbeda.
Ditemukan melalui pengamatan mikroskop berdaya pembesaran tinggi di Herbarium Bogor (BO), terkonfirmasi spesimen baru tersebut yang diterbitkan dalam jurnal Reinwardtia pada 6 Desember 2021.
Pengamatan dengan mikroskop, lanjut dia, teramati ciri khas Tumbuhan paku Deparia stellata dengan lebih jelas, baik variasi bentuk, ukuran, dan posisi terhadap ciri yang lain.
“Sebelumnya, rambut-rambut bintang berwarna gelap kemerahan yang menyelimuti rakis dan kosta (tulang daun) tidak pernah ditemukan pada jenis Deparia. Demikian pula sisik dengan tepian berambut tak beraturan.
Ciri tersebut tidak biasa bagi marga ini,” tutur Wita. “Namun rambut-rambut bintang yang serupa teramati pula pada Diplazium stellatopilosum, jenis dari marga yang berbeda namun masih dari suku yang sama yang juga ditemukan di wilayah Papua Nugini,” lanjut dia.
Menurut Wita, cukup mudah membedakan Deparia dan Diplazium, salah satunya terlihat dari baris pada kosta yang tidak menerus pada Deparia, tapi kebalikannya pada Diplazium. Karakter rambut bintang diperkirakan sebagai ciri khas jenis dari daratan Papua, khususnya di bagian timur, tapi perlu dilakukan kajian lebih menyeluruh untuk memastikannya.
Selain dengan bantuan mikroskop, tambah Wita, temuan ini terbantu dengan tersedianya gambar-gambar spesimen secara online dari herbarium besar, termasuk spesimen-spesimen tipe di JSTOR Global Plant dengan fasilitas penglihatan foto beresolusi tinggi.
Foto-foto tersebut, ujar dia, memudahkan siapa saja mengonfirmasi wujud dari nama-nama yang terlibat dalam pemeriksaan. Kendati begitu, untuk pengamatan karakter-karakter mikroskopis, foto beresolusi tinggi masih tidak cukup. Pendeskripsian jenis baru membutuhkan ketelitian yang selalu melibatkan pemeriksaan spesimen secara langsung.