Tahun ini, Pak Haji Sodrun akan menunaikan ibadah haji lagi. Sebenarnya ini bukan berita baru di dukuh karangrejo, karena Pak Haji Sodrun sebenarnya sudah menunaikan empat kali naik haji secara berturu-turut, sehingga sekarang adalah ibadah haji yang ke lima kalinya. Pak Haji Sodrun adalah salah satu orang terkaya di Desa Karangrejo, sebuah desa yang sebenarnya subur, tetapi sebagian besar warganya hidup dengan menjadi buruh yang miskin, karena mereka harus menanam apa yang tidak mereka miliki, dan memanen apa yang tidak bakal mereka nikmati.
Tanah yang luas puluhan hektar di Desa Karangrejo hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, dan salah satunya adalah Pak Haji Sodrun. Semua orang takut dengan Pak Haji Sodrun. Luas tanah Pak Haji Sodrun sama luasnya dengan tanah bengkok desa. Seandainya Pak Haji Sodrun menjadi kepala desa, Maka Pak Haji Sodrun akan mendapat tanah bengkok desa yang luasnya berhektar-hektar dan otomatis menjadi tuan tanah dengan lahan terluas di desa itu.
Sebenarnya Pak Haji Sodrun bukanlah orang yang taat beribadah. Sholat jamaah di masjid pun jarang kelihatan, paling datang ke masjid kalau Sholat Jumat dan Id saja datang ke masjid. Kalau ada hajatan atau syukuran di rumah warga, Haji Sodrun selalu menolak untuk membaca doa, apalagi untuk mengisi Khutbah Jumat atau Sholat Id, jelas Pak Haji Sodrun akan menolaknya mentah-mentah.
Pernah suatu ketika, pada suatu jamuan syukuran kelahiran anak salah satu warga Desa Karangrejo, Pak Mujib yang biasanya membaca doa dengan fasih tiba-tiba pulang karena dijemput istrinya karena ada tamu yang datang dan sedang menunggu di rumah. Pembawa acara pun tiba- tiba meminta Pak Haji Sodrun untuk membaca doa penutup.
“Pak Haji Sodrun, mohon maaf Pak, karena Pak Mujib tiba-tiba pulang ada tamu, saya minta kepada Pak Haji Sodrun untuk membacakan doa penutup” pinta pembaca acara kepada Pak Haji Sodrun.
Karena diminta di depan umum, Pak Haji Sodrun pun gengsi dan sungkan untuk menolak, karena Pak Lurah dan Pak Carik juga hadir. Sebenarnya Pak Haji Sodrun bingung mau membaca doa apa, tiba-tiba dia teringat samar-samar suatu doa yang pernah dingatnya sewaktu kecil selalu didengarnya ketika Makan bersama teman-temannya dahulu. Maka dia pun mulai membaca doa tersebut.
“Allahuuma bariklana fiima…, allahuuma fiima…”Pak Haji Sodrun pun tidak tahu terusan doa itu dan kemudian bergumam membaca sesuatu yang tidak jelas, tetapi yang jelas bukan terusan dari doa itu. Serentak para hadirin pun saling memandang satu sama lain dengan tersenyum- senyum, bahkan ada yang tertawa cekikikan, bahkan Sarwan, salah seorang hadirin tertawa dengan keras, karena mendengar doa makan yang harusnya doa penutup acara yang dibaca dengan tidak lancar, bahkan jelas bahwa ternyata Pak Haji Sodrun tidak hapal doa tersebut. Dengan wajah memerah, Pak Haji Sodrun ijin ke belakang. Pak Haji Sodrun kemudian langsung pulang lewat jalan belakang rumah tanpa sepatah kata pun ketika disapa oleh pemilik rumah.
Esok harinya, Sarwan, orang yang tertawa dengan keras tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas oleh Pak Jawal, majikannya, yang masih saudara Pak Haji Sodrun. Sejak hari itu, semua orang semakin takut membicarakan kejadian yang menimpa Pak Haji Sodrun tersebut di depan umum, terlebih bagi warga yang bekerja padanya.
Pada tahun ini, untuk merayakan keberangkatan ke tanah suci yang ke lima, Pak Haji Sodrun akan menyembelih seekor sapi dan dua ekor kambing untuk hidangan pada pengajian besar-besaran yang diadakannya dan mengundang semua warga desa; acara pengajian tersebut digelar tiga hari sebelum keberangkatannya ke Embarkasi Haji Donohudan Boyolali. Bahkan, hampir setiap malam rumah Pak Haji Sodrun ramai dikunjungi oleh tokoh masyarakat dan rekan- rekan bisnisnya sekedar untuk berbincang. Setiap hari pelayan di rumah Pak Haji Sodrun menyembelih paling tidak dua ekor ayam kampung untuk hidangan tamu-tamu istimewa majikannya.
Setiap tahun menunaikan haji, Pak Haji Sodrun selalu mengadakan pengajian besar- besaran. Bahkan pada tahun lalu Pak Haji Sodrun mengundang seorang da’i terkenal dari Kota Solo untuk mengisi acara pengajian. Belum cukup dengan pengajian, Pak Haji Sodrun juga mengundang sebuah grup rebana yang terkenal untuk tampil menghibur masyarakat dan membuat panggung yang meriah.
Bahkan sepulang dari naik haji pun acara makan-makan di rumah Pak Haji Sodrun juga dilakukan selama tujuh hari. Siapapun boleh datang ke rumah Pak Haji Sodrun dan Makan sepuasnya karena hidangan selalu datang jika yang disajikan sudah habis. Tetapi tidak semua masyarakat berani datang ke rumah Pak Haji Sodrun. Hanya mereka yang akrab dan merasa punya hubungan baik sajalah yang datang ke rumah Haji Sodrun. Sedang masyarakat yang miskin, yang merasa tidak memilki Pakaian yang layak untuk bertamu ke rumah Pak Haji Sodrun dan juga merasa tidak pantas duduk di ruang tamu Pak haji yang lampunya saja dari luar negeri, tidak ada yang berani datang.
Dulu pernah ada salah seorang buruhnya yang datang berkunjung ke rumah Pak Haji Sodrun sepulang dari naik haji. Tetapi pada saat yang sama Pak Camat juga datang berkunjung. Ketika Pak camat sedang berbincang dengan Pak Haji Sodrun, tiba-tiba Rozaq, salah satu buruhnya datang ke rumah dengan mengucapkan salam. Pada saat itu Rozaq mengenakan pakaian terbaik milikinya, tetapi saja harganya tidak lebih dari harga peci Pak Haji Sodrun. Ketika melihat siapa yang datang, Pak Haji Sodrun pun langsung bermuka masam, bahkan bersalaman dengannya saja tidak sudi.