Betapa malunya Rozaq kepada orang-orang saat itu karena Pak Haji Sodrun jangankan mengajak bicara, bersalaman saja enggan. Sebenarnya Pak Haji Sodrun merasa malu kepada Pak Camat karena kedatangan tamu buruhnya yang datang dengan baju yang terlalu sederhana dan murah. Esok harinya, Rozaq langsung di pecat dari pekerjaanya sebagai buruh di kebun Pak Haji Sodrun. Sejak saat itu, para warga yang merasa tidak setingkat dengan Pak Haji Sodrun, apalagi yang hanya bekerja sebagai buruhnya, tidak ada yang berani datang berkunjung ke rumah Pak Haji Sodrun, baik sebelum maupun sepulang dari tanah suci.
Konon, untuk setiap kali naik haji, biaya yang dikeluarkan oleh Pak Haji Sodrun untuk menyelenggarakan acara pengajian dan menjamu para tamu di rumahnya setara dengan ongkos naik haji itu sendiri. Kekayaan Pak Haji Sodrun memang luar biasa. Setiap tahun luas sawahnya semakin bertambah, bahkan juga mempunyai sawah di luar kampung juga. Pada tahun ini saja jumlah truknya bertambah satu, menjadi delapan. Apabila Pak Haji Sodrun menjadi kepala desa, maka akan menjadi orang yang memiliki sawah paling luas di Desa Karangrejo.
Sebenarnya Pak Haji Sodrun juga mempunyai banyak kebiasaan yang disembuyikan dari khalayak ramai, seperti bermain kartu, meski tidak selalu menggunakan uang sebagai taruhan. Pak Haji Sodrun enggan untuk bermain kartu dengan sembarang orang dan di sembarang tempat, karena bagimanapun dia adalah seorang haji, dan juga berambisi untuk menjadi orang nomor satu di desanya, sehingga menjaga namanya di depan umum agar tidak jatuh adalah sangat penting.
Biasanya Pak Haji Sodrun bermain di rumah teman-teman bisnis yang sudah sedemikian akrab dengannya. Acara bermain pun sering diselingi dengan minum-minum, meski hanya bir atau anggur, tetapi hanya sekali-dua kali mencoba Whisky, itupun hanya beberapa satu atau dua gelas kecil, jadi tidak sampai mabuk berat.
Suatu hari, pernah ketika pulang dengan naik motor dari rumah salah seorang teman bisnisnya pada waktu sholat jumat dan begitu sampai di depan masjid dan turun dari motornya, tiba-tiba Pak Haji Sodrun masjid tersandung batu dan jatuhlah peci hitamnya. Semua jamaah yang melihat kejadian itu cuma tertegun dan tidak tahu harus bilang apa ketika menyaksikan kartu jatuh berhamburan dari pecinya yang terjatuh. Sejak saat itu masyarakat umum tahu bahwa Pak Haji Sodrun ternyata juga gemar bermain kartu.
Pak Haji Sodrun juga terkenal pelit, termasuk kepada para buruhnya yang bekerja kepadanya. Sering dia tidak mau menolong mereka ketika kesusahan, bahkan kalaupun mau, itu sebenarnya memanfaatkan mereka. Pernah seorang buruhnya datang minta, hendak meminjam uang karena uang SPP anaknya belum dibayarnya, tetapi sungguh jawabannya menyayat hati.
“Apa, pinjam uang tiga ratus ribu. Buat apa kamu pinjam uang sebanyak itu” Jawab Pak Haji Sodrun kasar ketika suatu hari Tarmi, salah satu buruhnya.
“Buat daftar ulang masuk SMP anak saya, Pak Haji, karena tahun ini si Rudi, anak pertama saya mau masuk SMP, sedang saya tidak mempunyai uang buat membayar daftar ulang” Jawab Tarmi ketika penuh harap dapat meminjam uang buat keperluan anaknya yang hendak masuk SMP.
“Itu kan sama dengan bayaranmu kerja di sini selama sebulan. Lalu kanu mau bayar mau Pake apa. Potong gaji. Kalau potong gaji, bulan depan kamu mau Makan apa. Kalau kamu kelaparan kan malah menyusahkan orang nanti, terus orang-orang bakal bilang apa nanti tentang aku. Jangan-jangan mereka bilang Pak Haji Sodrun zhalim, gaji buruhnya saja tidak dibayar-bayar sampai kelaparan. Kalau kamu sakit, terus tidak punya uang, nanti hutang lagi ke sini, hah. Kapan lunasnya kalau begitu. Tidak usahlah kamu repot-repot menyekolahkan anak. Aku yang Cuma lulus SD saja bisa kaya. Suruh saja anakmu bekerja di sini, nanti dia tak gaji setengah dari gajimu. Dia kan masih kecil. Lumayan, bisa menambah penghasilan keluargamu. Kalo kamu
menyekolahkan anakmu, bisa-bisa kamu tidak bisa makan karena gajimu habis untuk bayaran sekolah anakmu” Jawab Pak Haji Sodrun.
Ketika datang Amin, salah seorang buruhnya untuk meminjam beberapa liter beras karena beras di rumahnya sudah habis untuk selamatan menyambut kelahiran anak pertamanya, justru hal tersebut dimanfaatkan oleh Pak Haji Sodrun.
“Berapa liter beras kamu mau meminjam beras.”Tanya Pak Haji Sodrun.
“Sepuluh liter saja Pak, soalnya kemarin beras saya sudah habis buat selamatan anak saya” Jawab Amin.
“Tidak 30 liter saja sekalian. Kan tanggung, biar nanti kamu tidak perlu ke sini untuk buat meminjam lagi kalau habis. Nanti kamu kamu membayarnya potong gaji” bujuk Pak Haji Sodrun sambil membayangkan sesuatu penuh arti.
“Oh, terima kasih banyak Pak. Baik paik, kalo begitu 30 liter saya pinjam, biar nanti tidak perlu ke sini lagi kalo kehabisan” Jawab Amin dengan senang. Dia pun berterima kasih banyak kepada Pak Haji Sodrun karena tidak mengetahui apa yang bakan menimpanya.
Ketika akhir bulan hendak mengambil gaji, Amin kaget luar biasa, karena gajinya dipotong banyak sekali, padahal hutangnya cuma 30 liter, tetapi gajinya di potong 150 ribu. Ketika mengadu kepada Pak Haji Sodrun, justru Amin dibodohi dengan Jawaban Pak Haji Sodrun.
“Pak Haji, kenapa gaji saya dipotong 150 ribu, padahal kan hutang saya cuma 30 liter beras” keluh Amin pada juragannya itu.
“Bukan 30 liter kamu hutang, tetapi 30 kilo. Harga sekilo beras sekarang lima ribu, jadi totalnya 150 ribu kan” Jawab Pak haji. Memang Pak Haji cerdik dan licik kalau sudah berbicara tentang uang, meski hanya beberapa ribu rupiah saja Para buruhnya hampir setiap bulan mendapat potongan gaji, entah cuma beberapa ribu rupiah per orangnya, dengan alasan yang mengada-ada, seperti sebagai biaya kesehatan bila ada buruh lain yang sakit.
“Tapi satu liter kan tidak sama dengan dengan satu kilo Pak Haji” Jawab Amin.
“Coba timbang saja, pasti sama. Karena seliter itu sama dengan berat sekilo.” Kilah Pak
Haji.
Amin pun sadar bahwa dia sudah dijebak oleh Pak Haji Sodrun tubuhnya lemas, karena gajinya harus dipotong setengah. Artinya, sisa gajinya tidak akan cukup untuk makan sebulan, padahal bayinya juga membutuhkan susu. Kalau dia meminjam lagi ke Haji Sodrun, dia tidak pernah mampu membayarnya kembali, padahal kalau dia juga tidak mungkin meminjam uang ke tetangganya yang juga kebanyakan sama-sama buruhnya Pak Haji Sodrun.
Memang Pak Haji Sodrun orang pelitnya minta ampun sama orang miskin, padahal kalau dengan keluarganya yang memang sudah kaya, dia sering memberi mereka barang-barang berharga. Sebulan yang lalu, ketika keponakannya, agus, yang bekerja di bank menikah, dia membelikannya motor baru, padahal baik keponakannya maupun istrinya itu sudah memiliki sepeda motor. Dunia memang aneh, yange sudah kaya menjadi seMakin kaya, sedang yang miskin, Makan saja susah.
Anehnya lagi, beberapa bayi di Desa Karangrejo mengalami busung lapar dan anak- anaknya banyak yang sekolah sampai bangku SD. Bahkan sudah seorang bayi yang meninggal karena kurang gizi. Bahkan belum lama ini Mbok Sarinah yang letak rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Haji Sodrun meninggal dunia setelah sakit panas selama beberapa hari di rumahnya karena keluarganya tidak punya cukup uang untuk membawanya berobat ke rumah sakit. Pihak Puskesmas sudah memberi surat rujukan untuk berobat ke rumah sakit di kota kabupaten karena tidak mampu menangani. Tetapi Mbok Sarinah dibawa pulang dan tidak pernah dibawa ke rumah sakit sampai akhirnya meninggal dunia.
Bulan depaan akan dilakukan pemilihan Kepala Desa Karangrejo yang baru karena Pak Imron, kepala desa yang lama akan segera pensiun. Pak Haji Sodrun akan mencalonkan diri. Bahkan sudah mulai menyusun rencana kampanye dengan melibatkan para pemuda. Pak Haji Sodrun rencana akan menggelar bermacam acara untuk menarik minat warga agar memilihnya, seperti akan mengadakan acara pengajian, sunatan masal, bahkan juga menggelar dangdut dan wayang kulit dengan mengundang penyanyi dangdut dan dalang terkenal dari Kota Solo.
Setiap malam di rumah Pak Haji Sodrun juga diselenggarakan acara makan-makan. Selain menyenangkan para warga dengan beragam acara pertunjukan, Pak Haji Sodrun lewat juru kampanyenya juga menebarkan ancaman.
“Kalau saya tidak terpilih menjadi Kepala Desa Karangrejo ini, pokoknya bakar saja rumah kepala desa yang baru” kata Pak Haji Sodrun kepada anak buahnya.
Bahkan bagi orang yang bekerja sebagai buruh pak haji tidak memilihnya dalam pemilu nanti, akan dipecat dari pekerjaannya sebagai buruh. Sebenarnya tak seorang pun warga yang ingin memilih Pak Haji Sodrun seperti beberapa tahun lalu ketika masih dipanggil dengan namanya saja, Sodrun, tetapi sekarang tak seorang pun yang berani untuk tidak memilihnya.