FAJARPENDIDIKAN.co.id – Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Humanika) Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan ternak Institut Pertanian Bogor (Himasiter IPB) menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Strategi Pemenuhan Bahan Pakan dan Feed Additive Komoditas Unggas di Masa Pandemik Covid-19 dan New Normal”.
Kegiatan berlangsung secara virtual melalui aplikasi Zoom meeting dan live streaming di kanal youtube Fakultas Peternakan Unhas, Minggu (7/6).
Turut hadir sebagai pembicara, Ir Teddy Candinegara (Direktur PT. Behn Mayer Chemicals) dan Prof Dr Ir Nahrowi, M.Sc (Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia dan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB).
Endah Dwi Ningrum Sasmito, Ketua umum Humanika Unhas Periode 2019/2020 menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan yang menjadi sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi dan masyarakat umum.
“Terima kasih atas kerja sama yang baik dengan Himasiter IPB sehingga kegiatan ini dapat berlangsung. Semoga ilmu ini bisa membuka pandangan dan wawasan terkait pemenuhan pangan unggas di masa pandemi saat ini,” jelas Endah.
Kevin Erlangga, Ketua Umum Himasiter IPB Periode 2019/2020 juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, ruang-ruang pembelajaran seperti ini harus lebih ditingkatkan terlepas dari situasi wabah pandemi. Kevin juga berharap agar kolaborasi ini dapat memberikan manfaat secara menyeluruh bagi peserta.
Kegiatan secara resmi dibuka oleh Dekan Fakultas Peternakan Unhas, Prof Dr Ir Lellah Rahim, M Sc. Dalam sambutannya, ia sangat mengapresiasi kegiatan kuliah umum.
“Kolaborasi ini akan membantu dalam menyongsong Merdeka Belajar dan berharap skala seminar dapat di lanjutkan ke taraf internasional,” katanya.
Usai pembukaan secara resmi, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi dari para pembicara.
Prof Dr Ir Nahrowi, M.Sc. sebagai salah satu pembicara menyampaikan secara sekilas tentang strategi pemenuhan bahan pakan lokal unggas pada saat pandemi Covid-19 dan new normal.
Dalam materinya, ia mengatakan bahwa saat ini sesuai data dari 104 pabrik pakan diluar ruminansia menunjukkan produksi pakan nasional diprediksi 21,27 ton.
Sementara untuk unggas masih mengandalkan bahan pakan impor khususnya sumber protein. Sejak pemerintah melawan impor jagung, maka ada penambahan jenis bahan pakan yang diimpor.
“Bahan baku pakan ternak berupa jagung, bungkil kedelai, dan lain-lain. Kebutuhan jagung pertahun 10,850 juta ton, dedak padi 2,170 juta ton, bungkil kopra 1,085 juta ton, bungkil inti sawit 1,085 juta ton, CPO 1,085 juta ton, dan Cassava 1,828 juta ton,” paparnya.
“Kondisi dari bahan lokal terbagi menjadi musiman dan tidak musiman, setelah dianalis yang bermasalah yaitu musiman, contohnya jagung. Selain itu, teknologinya juga masih kurang,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof Nahrowi juga menyampaikan bahwa ketersedian bahan pakan saat pendemi dengan adanya pembatasan dapat menyebabkan terganggunya pengiriman, pakan ternak serta pemotongan ayam serta permasalahan lainnya.
“Contohnya di Brazil. Karena pekerjanya terserang virus covid jadi berpengaruh terhadap produksi, sedangkan di Bangladesh produksi unggas yang merosot sebanyak 50%,” sambung Prof Nahrowi.
Pada kesempatan yang sama, Ir Teddy Candinegara berfokus pada strategi pemenuhan bahan baku dan imbuhan pakan dari prespektif dunia usaha.
Update dari feed industry, produksi pakan tercukupi melihat kapasitas terpasang, ancaman pakan impor yang lebih bersaing, bahan baku alternatif yang lebih murah, berkualitas dan ketersediannya, kebijakan yang belum menopang perkembanagn industri dan keamanan pangan.
“Sumber bahan baku lokal yaitu jagung, dedak padi, bungkil kopra, bungkil sawit, CPO, dan Fish meal. Untuk sumber bahan baku import yaitu jagung, bungkil kedele, rape seed meal, DDGS, CORN GM, meat bone meal. Biaya pengapalan biasanya naik sendiri karena kaseimbangan tidak terlalu baik sehingga ada harga yang tidak murah,” jelas Teddy.
Sejak wabah pandemi global Covid-19, terjadi beberapa permasalahan dalam sektor peternakan diantaranya gangguan rantai distribusi, gangguan terhadap operational dan produksi, gangguan cash flow usaha kecil dan menengah, ketersediaan bahan baku dan obat hewan, serta kualitas bahan baku menurun akibat penyimpanan yang lama dan kualitas pakan yang tidak sesuai dengan standar.
“Strategi bahan baku dan obat hewan, yaitu dapat melakukan negosisasi pembayaran lebih lama kepada supplay bahan baku dan obat hewan, dan dapat melakukan negosiasi ulang untuk penundaan pengadaan bahan baku dan obat hewan yang dikontrak sebelum pendemi, serta berusaha mencari bahan baku dan obat hewan yang bertujuan untuk menekan biaya produksi,” sambung Teddy.
Kegiatan yang dipandu oleh Wahyu Jaelani (Dewan Pertimbangan Organisasi Humanika Unhas) sebagai MC dan Ahlun Najam (Ketua Bem Fakultas Peternakan IPB) diikuti oleh kurang lebih 425 melalui aplikasi zoom dan 767 peserta melalui streaming youtube dari total 1.192 peserta.(*/FP)