Unhas dan USM Kolaborasi Gelar Webinar Internasional Tentang Kerangka Besse

Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya kerja sama Pusat Penelitian Arkeologi Universitas Sains Malaysia (USM) menyelenggarakan Webinar Internasional bertema “Besse: A Hunter – Gatherer Toalean Woman from Wallacea”.

Kegiatan berlangsung mulai pukul 14.00 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Jumat (03/12).

Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Akin Duli, MA (Dekan FIB Unhas), Prof. Adam Brumm (Pusat Penelitian untuk Evolusi Manusia, Australia) dan Dr. Hasanuddin (Balai Arkeologi Sulsel).

Mengawali kegiatan, Ketua Departemen Arkeologi FIB Unhas, Dr. Rosmawati, S.S., M.Si., dalam sambutannya mengucapkan terima kasih untuk kesediaan para narasumber.

Dirinya mengatakan, webinar ini sangat menarik diikuti dan diskusikan, mengingat penemuan menjadi perbincangan masyarakat akademik secara global dan mengubah interpretasi terhadap sejarah evolusi manusia.

“Temuan kerangka manusia purba yang kemudian dinamakan Besse menjadi pendukung budaya dan pemahaman baru terkait jalur migrasi nenek moyang Indonesia dan tentunya akan berdampak terhadap penulisan sejarah Indonesia.

Forum ini kita harapkan bisa dikembangkan untuk mendorong penelitian lainnya,” jelas Rosmawati.

Kegiatan resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Infrastruktur Unhas, Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil., Ph.D.

Ia mengatakan, webinar ini memiliki kontribusi terhadap perkembangan kebudayaan yang juga mencakup banyak aspek keilmuan, tidak hanya dalam bidang arkeolog. Namun, dalam bidang ilmu sosial lainnya maupun sains secara umum.

- Iklan -
Baca Juga:  GenBI SulSel Gelar Edukasi Lingkungan untuk Anak-anak di Pabatta Ummi TPA Antang

Lebih lanjut, Prof. Sumbangan mengatakan webinar tersebut tidak hanya memberikan pemahaman dan pengetahuan baru kepada peserta.

“Webinar ini juga menjadi jalan kolaborasi riset untuk mengkaji temuan sejarah kebudayaan lainnya.

Saya berharap, kegiatan ini dapat diikuti dengan baik untuk memahami secara mendalam tentang sejarah wilayah Wallacea melalui temuan kerangka Besse,” kata Prof. Sumbangan.

Setelah pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi. Prof. Akin Duli memaparkan tentang “Besse Manusia Pendukung Budaya Toalean Teknokompleks di Sulawesi”.

Prof. Akin mengatakan, kerangka Besse ditemukan setelah melakukan penggalian di situs pra sejarah Leang Paningnge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, pada 2015 lalu.

Pemilihan lokasi galian berdasarkan laporan masyarakat yang didukung dengan posisi strategis berupa gua yang diapit sungai.

“Hasil ekstrak DNA dari tulang petrous rangka Besse yang diperkirakan berumur 17-18 tahun, dikaitkan dengan teknokompleks Toalean, membuktikan bahwa kerangka tersebut terdapat persamaan maupun penyimpangan genetik dan kesamaan morfologis paling banyak dengan kelompok Papua dan pribumi Australia saat ini.

Namun, mewakili juga garis keturunan manusia berbeda yang sebelumnya tidak diketahui, bercabang sekitar waktu pemisahan antara populasi sekitar 37.000 tahun lalu. Dalam kerangka ini juga ditemukan DNA Denisovan yang belum pernah teridentifikasi,” jelas Prof. Akin.

Baca Juga:  GenBI Sulawesi Selatan Gelar Seminar “Boost Your Future” untuk Persiapkan Anggota Hadapi Dunia Kerja

Materi lainnya disampaikan oleh Prof. Adam Brumm tentang “A Toalean Tale: Recent Insights into the Enigmatic Hunter – Gatherer Culture of Holocene South Sulawesi”.

Prof. Adam menjelaskan masih banyak yang belum diketahui tentang sejarah populasi manusia modern awal di Asia Tenggara.

Catatan arkeologi jarang ditemukan dan iklim tropis bertentangan dengan pelestarian DNA manusia purba.

Sejauh ini, hanya dua genom manusia pra-Neolitik dengan cakupan rendah yang telah diurutkan, keduanya berasal dari situs pemburu-pengumpul Hoabinhian daratan.

“Penemuan kerangka Besse memberi gambaran tentang proses kebudayaan yang terlihat dari alat prasejarah yang berhasil didapatkan.

Hal ini memberikan gambaran menarik untuk dikaji lebih lanjut,” jelas Prof. Adam.

Sesi pemaparan materi ditutup oleh Dr. Hasanuddin yang memberikan penjelasan tentang beberapa temuan lainnya di Kabupaten Maros.

Setelah seluruh narasumber menyampaikan pandangannya, kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab.

Kegiatan yang dipandu oleh Prof. Dr. Stephen Chia (Direktur Pusat Penelitian Arkeologi USM Malaysia) selaku moderator berlangsung lancar hingga pukul 16.00 Wita. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU