Komunitas Sobat LemINA
Masih hangat di ingatan kita, pemberitaan bertubi-tubi tentang kekerasan yang sangat memprihatinkan.Lantaran yang menjadi korban dari tindakan kejahatan ini adalah anak-anak. Anak-anak yang notabenenya merupakan “aset” negara di masa yang akan datang.
Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Ironinya, kasus kekerasan terhadap anak ini seperti menemukan jalan buntu. Semakin banyak anak-anak yang menjadi korban tanpa ada solusi untuk menuntaskan kasus kekerasan ini.
Ketika kasus kejahatan seringkali tak menemukan solusi tepat, di tahun 2010, berawal dari hanya lima orang yang merasa punya beban moril untuk ikut berkontribusi pada negeri ini, maka lahirlah Komunitas Sobat LemINA.
Kelima pendiri tersebut, bekerja di program pemberdayaan masyarakat yang berbeda-beda.
LemINA merupakan akronim dari Lembaga Mitra Ibu dan Anak. Awal berdirinya Komunitas Sobat LemINA hanya berupa Lembaga Swadaya Masyarakat. Namun memasuki tahun kelima berdirinya komunitas ini, resmi berubah menjadi yayasan.
“Jadi komunitas Sobat LemINA ini, berada di bawah payung Yayasan LemINA,” jelas Bunga, anggota Komunitas Sobat LemINA.
Komunitas Sobat LemINA bekerja dengan prinsip kerelawanan dengan visi peningkatan kualitas hidup ibu dan anak yang bergerak dengan satu tujuan: untuk senyum anak Indonesia.
Dalam menjalankan program-program kerjanya, komunitas ini menggunakan dana yang merupakan donasi dari beberapa relawan, donatur tidak tetap dan tetap.
“Yayasan LemINA bergerak dengan dana 99 persen dari donasi perorangan. Satu persennya kadang sponsor dari komunitas lain (Komunitas Cooking dan lain-lain),” tuturnya.
Sesuai dengan namanya, Komunitas Sobat LemINA mengusung program-program yang berkaitan dengan dunia anak dan ibu.
“Karena tidak mungkin cuma dampingi anak-anak, sementara ibu-ibunya tidak. Kami tidak bisa 24 jam mendampingi mereka (ibu dan anak). LemINA fokus ke pendampingan,” terangnya.
Program-program
Komunitas Sobat LemINA melakukan program-program yang bersifat rutin maupun yang berkala atau tahunan.
Program-program yang bersifat rutin seperti, Nulis Bareng Sobat (NBS) yang diperuntukan bagi siswa-siswa sekolah dasar; Aku Sayang Badanku yang merupakan pemberian edukasi tentang pencegahan kekerasan seksual di sekolah dasar dan sudah dilaksanakan di lima SD di Makassar dan satu di Gowa; Focus Group Discussion (FGD) yang diperuntukan khusus ibu-ibu tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.
Sementara untuk program berkala atau tahunan seperti, Seragam Tuk Sobat Sekolah Dasar, Festival Anak yang diadakan untuk memperingati Hari Anak Nasional dan diikuti oleh 150 anak dari lima komunitas di Makassar yang mendampingi anak-anak.
Begitupula program Wisata Sejarah untuk mengenalkan situs sejarah ke anak-anak, serta kampanye PHBS.
Program Seragam Tuk Sobat Kecil (anak SD) merupakan program pertama yang dilakukan di awal terbentuknya komunitas ini.
Kemudian program ini menjadi agenda tahunan hingga saat ini. Program Seragam Tuk Sobat Kecil (anak SD) sudah terlaksana di lima sekolah.
“Yang terbaru di bulan Mei lalu, ada 70-an siswa-siswi dari SD Islam Hasyim Asyari yang kami bagikan seragam. Orang tua mereka rata-rata bekerja sebagai buruh pelabuhan. Tahun lalu, sekitar 100an lebih anak-anak yang kami siapkan seragam sekolah dan perlengkapan sekolah,” tutur Bunga.
Selain program yang dilaksanakan untuk anak-anak sekolah dasar dan ibu-ibu, Komunitas Sobat LemINA juga membuat kegiatan workshop untuk para relawan Komunitas Sobat LemINA yang hingga saat ini tercatat ada 50 orang relawan.
Materi workshop, lanjut Bunga, tentang gambaran kondisi angka kekerasan seksual pada anak di Indonesia, beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan, bagaimana cara pencegahan kekerasan seksual dan teknik mengedukasi anak-anak tuk mencegah diri mereka menjadi korban melalui pembelajaran di sekolah.
Nulis Bareng Sobat
Sementara itu, khusus program Nulis Bareng Sobat (NBS) diadakan dua pekan sekali dan merupakan program yang paling intens diadakan. “Di dua sekolah dampingan saat ini, sudah ada majalah dinding tuk menampung hasil tulisan anak-anak,” jelasnya.
Kata Bunga, program NBS ini untuk mendampingi anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar kelas empat, belajar menulis (bukan menulis huruf) di dua sekolah dasar (SD Inpres Paccinang Makassar dan SD Sungguminasa IV).
Lebih lanjut, Bunga menuturkan bahwa alasan diadakan program NBS ini karena anak-anak SD di Makassar atau Sulsel amat lemah dalam menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan.
Tentu saja, bukan perkara yang mudah mengajarkan anak-anak usia sekolah dasar tentang bagaimana caranya menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan.
Hal ini diakui oleh Bunga. “Pertama, anak-anak belum terbiasa menuliskan idenya. Kedua, mereka belum terbiasa membaca banyak buku sehingga otomatis kurang terampil dalam merangkai kata. Karena keterampilan menulis tentu saja berkolerasi dengan kegemaran membaca,” ceritanya.
Tidak hanya berhenti sampai di sini, Komunitas Sobat LemINA telah mengagendakan sejumlah kegiatan kedepannya seperti, NBS batch-4, pembuatan film anak, Newsletter edisi ke-2, edukasi pencegahan kekerasan seksual bagi guru-guru dari tiga SD, wisata profesi, dan workshop untuk relawan. (FP)