Upaya Menuju Kampus Masa Depan, Perubahan Pola Pikir Harus Dibentuk

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Perkembangan global di dunia semakin pesat. terkhusus pada dunia revolusi industri yang kini telah berada pada tahap keempat era 4.0 yang mengakibatkan disrupsi yang luar biasa pada semua aspek kehidupan. apalagi pada dunia pendidikan tinggi.

Oleh sebab itu, Perguruan tinggi dituntut untuk melakukan transformasi agar tetap relevan, kompetitif, dan bisa beradaptasi dengan perkembangan global.  karena tantangan perguruan tinggi dituntut makin berat tatkala Pandemi Covid-19 menghantam dunia yang merubah tatanan kehidupan manusia.

H.M. Budi Djatmiko, Ketua APTISI Pusat menjadi sarjana di teknik industri produksi dan membuat kampus didalam industri dengan mencetak 50rb insinyur. Dengan membuat kampus di industri akan menjadi Future University bagi mahasiswa baru.

Sedangkan menurut Prof. Jasruddin Upaya yang mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan klaster menjadi Future University ialah dengan cara pola pikirnya harus berubah dan dipahami.

Menurutnya pola pikir yang harus diubah dan dipahami ialah pertama; tidak mungkin kampus  merdeka belajar sukses kalau tidak ada orientasi kurikulum. Yang kedua; kurikulum harus diorientasikan agar searah dengan paradigma merdeka belajar kampus merdeka, dan hanya menambah sks atau memindahkan 60 sks ke program kampus merdeka belajar itu tidak akan bisa.

Baca Juga:  Tenaga Vokasi Farmasi: Siapa dan Apa Perannya Dalam Dunia Farmasi

“Dalam 10 tahun kedepan Indonesia mengubah persentase antara penyidikan akademik dengan pendidikan vokasi karena sekarang sudah terlanjur tinggi akademik 90% lokasi sekitar 2,” ungkap Prof. Jasruddin, Selasa, 22 Juni 2021.

Kampus merdeka yang diistilahkan oleh Bapak Nadiem, Menteri Kemendikbud sudah menyampaikan bahwa mahasiswa yang sudah semester 6 sudah bisa belajar dimana-mana serta di semester 7 dan 8 langsung di industrikan.

Sedangkan Prof. Budi mengungkapkan bahwa di kampusnya dari semester awal, mahasiswa langsung di industrikan atau dengan praktek yang jelas dan tidak ada teori yang panjang lebar. Serta indikator kinerja utama adalah menghasilkan alumni dengan gaji yang cukup yaitu harus mempunyai keterampilan dan dimanapun dia belajar.

Baca Juga:  Karier Farmasi: Kontribusi Besar untuk Dunia Medis dan Masyarakat

Selain itu, sekarang tidak relevan lagi yang disebut dengan Linear S1,S2, dan S3. Karena di luar negeri pada tahun 90-an tidak memakai linear seperti itu hanya di Indonesia saja sedangkan sekarang sudah tahun 2021 masih saja dipakai,  jika masih dipakai dengan cara itu dan tidak mau berubah cepat maka mindset kebijakan dan kementrian kita  akan semakin tertinggal. ungkapnya

- Iklan -

lanjut, Prof. Jasruddin mengatakan di Tahun 2010 sudah berbicara tentang linearitas dan belajar ilmu tentang integrate of the electronic. Komputer dan Handphone tidak akan jadi jika tidak menggunakan integrate electronic, dengan membuat produk teknologi dan berpikir tentang teknologinya itu bisa merusak manusia itu sendiri. Jadi harus masuk dengan ilmu psikologi dan ilmu sosial lainnya dan ilmunya benar-benar terintegrasi.(ICA)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU