Nisfu Syaban, secara awan diartikan sebagai pertengahan bulan Syaban. Hari yang menunjukkan sekitar 2 minggu lagi umat Islam akan memasuki bulan Ramadan. Terkait malam Nisfu Syaban, ada beberapa hadits palsu terkait Nisfu Syaban.
Tahun ini, Nisfu Syaban jatuh pada Kamis malam, 17 Maret 2022. Pada malam ini umat Islam memperbanyak amalan, dengan shalat, dzikir, dan ibadah lain.
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan, pada malam ini dianjurkan untuk memperbanyak amalan. Namun, jangan didasari pada dalil dhaif, apalagi hadits palsu.
Ustadz Adi Hidayat melanjutkan penjelasannya dengan contoh hadits palsu, dhaif, dan sahih tentang Nisfu Syaban.
“Setidaknya dari hadits-hadits yang kami dapatkan, ada satu yang kualitasnya dhaif, satu kualitasnya shahih, dan selebihnya palsu,” kata Ustadz Adi Hidayat mengawali penjelasannya, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Batas Narasi, 15 Maret 2022.
Yang pertama, contoh hadist palsu. Hadits ini terdapat pada Kitab Ibnu Majah. Dalil ini dikatakan palsu, karena perawi pertamanya, Ibnu Abi Sorbah dikenal sebagai pemalsu hadits.
“Disampaikan kepada Ali bin Abi Thalib: Apabila malam nishfu Sya’ban tiba, dirikanlah shalat pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Siapa yang meminta ampun (pada malam ini) kepada Allah, maka Allah akan mengampuninya.” (HR . Ibnu Majah : 1/444).
Yang kedua, contoh hadits dhaif. Dalil ini diragukan kesahihannya. Contoh dalil ini yang terkenal adalah kisah Aisyah ra kehilangan Rasulullah di malam pertengahan Syaban. Beliau mengira, Rasulullah menginap di tempat istrinya yang lain. Padahal malam tersebut adalah gilirannya. Akhirnya Amirul Mukminin menemukan Rasulullah berada di Baqi’, nama kuburan para sahabat dan syuhada.
“Berkata Aisyah, saat itu menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata: Hari Allah mengamati kepada manusia dan mengampuni orang-orang yang memohonkan ampunan.”
Hadits di atas disebut Ustadz Adi Hidayat dhaif, tetapi disahihkan oleh Syekh Muhammad Nasrudin Albany.
Yang ketiga, hadits shahih diriwiyatkan oleh Abu Musa Al Asy’ari yang ditemukan dalam kitab Syekh Muhammad Nasrudin Albany. “Allah SWT mengamati kepada hambanya di malam pertengahan Syaban dan mengampuni dosanya, meski sebanyak bulu domba.”
Hal di atas sesuai dengan hadist qudsi lain yang senada, di mana Allah mengampuni hambanya yang berdoa setiap hari di penghujung malam.
Terakhir, ada satu hadits palsu lagi yang sering dijadikan sandaran, yaitu dalil yang menyebutkan malam ini amalan ditutup. Ini tidak terjadi, karena amalan ditutup saat manusa meninggal dunia.
Pena catatan atau hisab tidak dituliskan hanya pada 3 golongan, yaitu orang anak kecil dia hingga dia baligh, orang yang hilang kewarasannya sampai dia sadar kembali, dan orang yang tertidur hingga dia bangun.
“Tidak sepenuhnya keliru melakukan amalam di pertengahan bulan Syaban. Tidak sejaranya kita melakukan amalam yang tidak ada dalil, ketentuan, dan contohnya,” pungkas Ustadz Adi Hidayat.*