Villa Yuliana, Cagar Budaya Soppeng Peninggalan Belanda

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 4-5 jam dari Makassar. Berada di daerah pegunungan, kota ini punya banyak potensi wisata menarik. Salah satunya Villa Yuliana, rumah peristirahatan ratu yang kini berubah menjadi museum.

Letaknya cukup strategis di jalan Merdeka kota Watansoppeng, menjadikan Villa Yuliana mudah untuk dijangkau dan gampang ditemukan. Apalagi berdekatan dengan rumah jabatan (Rujab) Bupati Soppeng yang hanya dibatasi ruas jalan dan tembok pagar.

Villa Yuliana dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan gaya arsitektur Belanda. Bentuknya masih terus terjaga hingga kini dan menjadi salah satu daya tarik destinasi wisata tersendiri di Kabupaten Soppeng.

Villa Yuliana merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda di Kabupaten Soppeng. Bangunan yang mulai dibangun pada 1905 dan selesai pada 1907 atas prakarsa CA Croesen selaku Gubernur Pemerintahan Hindia Belanda di Sulawesi ini, menjadi salah satu ikon wisata sejarah Kabupaten Soppeng.

Terletak di salah satu sudut Kota Watansoppeng, bangunan yang kini berusia satu abad lebih yang belakangan difungsikan sebagai Museum Latemmala tersebut tidaklah terlalu sulit untuk diakses. Apalagi, dengan posisinya di ketinggian membuat bangunan yang awalnya dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada Ratu Yuliana, putri Ratu Wilhelmina yang pernah berkuasa di Belanda ini menjadi sangat menonjol.

Keberadaan Villa Yuliana tersebut memang awalnya diperuntukkan sebagai penginapan bagi Ratu Yuliana yang direncanakan berkunjung ke Soppeng. Hanya saja, sengitnya peperangan antara Belanda dengan Kerajaan Gowa pada masa itu serta alasan faktor keamanan, kunjungan putri penguasa Belanda, Ratu Wilhelmina ini dibatalkan.

Selain dijadikan sebagai tempat peristirahatan Pemerintah Hindia Belanda, bangunan yang merupakan perpaduan antara arsitektur Eropa dan Bugis ini juga difungsikan sebagai pusat perkantoran dan pengawasan terhadap aktivitas raja dan masyarakat Kabupaten Soppeng.

Peristirahatan Ratu

Tujuan dibangunnya rumah peristirahatan tersebut adalah menyambut kedatangan Ratu Yuliana ke Indonesia. Namun karena situasi dan kondisi keamanan yang kala itu tidak mendukung, Ratu Belanda tersebut akhirnya mengurungkan niat berkunjung ke Soppeng.

Asal-usul Villa Yuliana yang dibangun untuk tempat peristirahatan para petinggi Kerajaan Belanda yang berkunjung ke Indonesia, tepatnya di Sulawesi. Di mana dahulunya Raja Soppeng memiliki kesepakatan dengan kolonial, bahwa mereka (bangsa kolonial) boleh masuk ke Soppeng asal tidak mengganggu keamanan, kedamaian warga Soppeng.

- Iklan -
Baca Juga:  Libur Akhir Pekan, Ini 5 Destinasi Wisata Ramah Anak di Semarang

Raja lebih memilih diplomasi secara damai tanpa harus adanya petumpahan darah. Hal itulah yang membuat bangsa kolonial berdamai dengan Kerajaan Soppeng dan masyarakatnya. Maka Belanda pun bisa membangun Villa Yuliana di tengah kota Soppeng saat itu.

Hal tersebut terdokumentasikan pada literatur Hindia Belanda yang ada di situs resmi sejarah Belanda. Salah satu tempat yang dijuluki “Buiten zorg” atau tempat yang damai pada saat penjajahan ialah Soppeng dengan Villa Yuliana-nya, selain juga Bogor, Malang, dan Kaliurang.

Melihat lokasi villa yang berhadapan dengan istana raja Soppeng, tetapi lebih tinggi tanahnya. Hal tersebut memiliki arti politik yang diterapkan bangsa kolonial. Mereka menganggap kedudukan Kerajaan Belanda lebih tinggi dari pribumi.

Seiring perjalanan waktu hingga tumbangnya masa kejayaan pemerintahan Belanda di negeri ini, tak terkecuali di bumi Latemmamala. Maka sejak 1957 sampai dengan 1992, Villa Yuliana yang merupakan peninggalan Belanda tersebut tidak lagi ditempati alias difungsikan.

Berselang tiga puluh lima tahun kemudian, tepatnya tahun 1992-1995, bangunan berarsitektur perpaduan antara bangunan khas Eropa dan rumah Bugis itu difungsikan kembali sebagai asrama yang ditempati khusus pegawai satuan polisi pamong praja dan pegawai pemadam kebakaran.

Menariknya, karena meski bangunan itu sudah berusia seratus tahun lebih, belum pernah menjalani renovasi, kecuali bagian atapnya yang pernah berganti asbes. Tetapi sekarang sudah dikembalikan ke aslinya dengan menggunakan atap sirap. Begitu pula warna catnya tetap dipertahankan, putih dipadu warna hijau tua yang tampak memudar.

Menjelma Museum

Setelah beberapa tahun terbengkalai, pemerintah setempat kini menjadikan Villa Yuliana sebagai museum dan diberi nama Latemmamala. Berbagai koleksi benda bersejarah dipajang di dalamnya, mulai dari senjata, mangkok, piring, guci-guci bergaya Eropa, koleksi uang kuno, hingga barang-barang peninggalan kolonial lainnya.

Villa Yuliana yang memiliki empat kamar, masing-masing dua di lantai dasar dan dua di lantai dua, dilengkapi dengan dua ruang utama, kini kembali beralih fungsi menjadi museum. Museum yang diberi nama Latemmamala itu diresmikan oleh pejabat Gubernur Sulawesi Selatan, Ahmad Tanribali Lamo pada puncak peringatan Hari Jadi Soppeng ke-747, Minggu 23 Maret 2008 lalu.

Baca Juga:  10 Destinasi Wisata Menarik di Indonesia Timur

Di lantai satu, terdapat beberapa koleksi foto lama seputar sejarah Kabupaten Soppeng, fosil-fosil yang ditemukan peneliti di Kawasan Calio, buku-buku seputar Kabupaten Soppeng, serta peralatan-peralatan kuno yang digunakan oleh masyarakat tempo dulu yang masih tersimpan rapi.

Sementara di lantai dua, terdapat beberapa koleksi benda pustaka peninggalan Kerajaan Soppeng serta keramik asal China sebagai bukti adanya kerjasama antara Kerajaan Soppeng dengan para pedagang China.

Dari ruang fosil, pengunjung dapat melihat adanya fosil gajah purba yang ditemukan pada tahun 1993 di Tanjonge, rahang gajah purba, fosil fragmen kura-kura raksasa yang juga ditemukan di kawasan sungai di daerah Calio, tengkorak babirusa, serta fragmen gigi Anoa yang semuanya ditemukan peneliti di wilayah Kabupaten Soppeng.

Tidak hanya itu, selain ada fosil kerbau hutan, berupa kerangka tulang dan giginya di museum ini juga tersimpan replica fosil tengkorak homo crectus (Sangiran man), homo floreensis 9liang buah man), koleksi uang Belanda satu gulden, mata uang jepang senilai lima sen, uang Filiina lima piso dan tak ketinggalan uang Indonesia buatan tempo dulu senilai Rp 5 dan Rp 10.

Sementara tiga ruangan lainnya yang terdapat di lantai dua museum ini juga dipenuhi pajangan benda kuno lainnya. Seperti kapak genggam (Hand Axe) , kapak perimbas, kapak penetak, alat pemotong, alat serpihan besar, serut samping, pisau batu. Serpihan bila, alat pelubang, alat serpih ppersegian dan alat batu neoletik (kapak persegian), alat batu zaman kuno berupa pahat bertangkai dan alat penarah.

Di salah satu kamar lantai dua museum Latemmamala (Villa Yuliana) Soppeng dipajang khusus peralatan pengantin bugis dilengkapi sepasang boneka sedang bersanding di pelaminan.

Saat ini, Villa Yuliana telah banyak dikunjungi oleh para pelajar dan mahasiswa sebagai tugas penelitian dan sejarah. Peneliti dari luar negeri, seperti Belanda, Austria dan negara lainnya juga banyak yang datang ke villa tersebut. (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU