Wapres Harapkan Penguatan Kerja Sama Penanganan Stunting

Percepatan penurunan angka stunting, menjadi fokus pemerintah dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing tinggi. Untuk itu, pemerintah terus mengupayakan tercapainya percepatan penurunan angka stunting agar mencapai angka 14% di tahun 2024, melalui kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai lembaga internasional.

“Kami masih sangat memerlukan adanya kerja sama kemitraan dengan lembaga-lembaga internasional, dengan Bank Dunia, dengan UNDP (United Nations Development Programme), FAO (Food Agriculture Organization) untuk bisa menanggulangi [penurunan stunting]. Perlu adanya kerja sama dengan berbagai lembaga internasional,” ujar Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin saat menerima jajaran Delegasi Bank Dunia, di Istana Wakil Presiden, Rabu (26/10).

Dilansir dari siaran pers Kementerian Kominfo, Wapres menyebutkan, pemerintah terus menyusun strategi sebagai upaya menangani penurunan stunting melalui upaya konvergensi, kolaborasi, dan eksplorasi segala potensi yang dimiliki Indonesia.

“Strategi kami itu konvergensi, kolaborasi, dan semua potensi yang kita miliki ini kita kerahkan,” kata Wapres.

Lebih jauh, Wapres menyampaikan bahwa penanganan stunting Indonesia melibatkan para pemangku kepentingan untuk melakukan sinergi dan kolaborasi, seperti kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pihak swasta.

“Melibatkan semua kementerian/lembaga, pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kita libatkan, kemudian juga swasta, bahkan juga perorangan di bawah koordinasi BKKBN,” jelas Wapres.

“Jadi, kerja kolaborasi inilah yang kita andalkan, sehingga sudah kita petakan bahwa tahun ini akan tercapai penurunan 5% melalui langkah-langkah yang sudah diprogram,” imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres memberikan apresiasi atas bantuan serta dukungan yang selama ini diberikan Bank Dunia terhadap program percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

“Terima kasih Bank Dunia selama ini sudah ikut memberikan dukungan dan memang kita sangat memerlukan adanya dukungan lembaga-lembaga internasional,” ujarnya.

- Iklan -

Menanggapi hal tersebut, Vice President for Human Development at The World Bank, Mamta Murthi menyampaikan, Bank Dunia akan memberikan dukungan pendanaan penuh kepada program percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

“Kami akan melanjutkan dukungan untuk memberikan tambahan pendanaan dan akan memperluas dukungan pembiayaan,” kata Mamta.

Selain itu, Bank Dunia juga akan terus melanjutkan kerja sama dengan kementerian/lembaga terkait, serta mengupayakan ketersediaan dana dukungan percepatan penurunan angka stunting dalam kurun waktu 6-12 bulan mendatang.

Baca Juga:  FTBI Tanah Papua 2024, Ciptakan Generasi Muda Penjaga Bahasa Ibu

“Kami juga akan melanjutkan kerja sama dengan kementerian/lembaga lain untuk memberikan dukungan finansial tersebut. Dan kami juga berharap dalam waktu 6-12 bulan ke depan, pendanaan tersebut akan tersedia,” tambah Mamta.

Turut hadir pada kesempatan tersebut, Country Director for The World Bank in Indonesia & Timor Leste Satu Kristiina Jyrintytaer Kaehkoenen, Regional Director for Human Development Bank Daniel Hugo Dulitzky, dan Operations Manager Bolormaa Amgaabazar.

Angka Prevalensi Stunting

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen atau menurun 6,4 persen dari angka 30,8 persen pada 2018.

“Pemerintah mempunyai target untuk menurunkan prevalensi hingga 14 persen pada 2024. Itu artinya, kita harus menurunkan prevalensi sebesar 10,4 persen dalam 2,5 tahun ke depan, yang tentu saja ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mencapainya,” tutur Wapres KH Ma’ruf Amin saat memimpin Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat pada Mei silam.

Untuk itu, Wapres selaku Ketua Tim Pengarah TPPS berharap setiap Kementerian/Lembaga (K/L) dapat menyusun rencana pencapaian setiap target antara yang menjadi tanggung jawabnya dan memastikan kecukupan dana, sarana, serta kapasitas implementasinya.

“Pelaksanaan program harus dipantau, dievaluasi dan dilaporkan secara terpadu dan berkala. Sehingga dapat diketahui perkembangan, capaian, dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya, yang kemudian kita bisa mengambil langkah berikutnya untuk memastikan target prevalensi 14 persen pada 2024 bisa dicapai,” pintanya.

Wapres meminta stunting difokuskan pada daerah-daerah dengan angka prevalensi tinggi dan daerah yang mempunyai jumlah anak stunting tinggi melalui intervensi yang lebih intensif, pendanaan yang terkonsolidasi dan terpadu, sehingga lebih efektif dan efisien.

“Selain Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat yang mempunyai prevalensi tinggi, perlu juga diperhatikan daerah yang punya jumlah anak stunting yang banyak, seperti di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten dan Sumatera Utara. Daerah-daerah ini yang perlu mendapat perhatian,” pungkasnya.

Baca Juga:  Mendikdasmen Ajak Para Guru Wujudkan Pendidikan Bermutu

Mengenal Stunting, Penyebab Hingga Cara Pencegahannya

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun. Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya:

  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
  • Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
  • Pubertas yang lambat
  • Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
  • Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya

Faktor-faktor yang Menyebabkan Stunting

Mengingat stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang cukup membahayakan, memahami faktor penyebab stunting sangat penting untuk dilakukan. Dengan begitu, Anda bisa melakukan langkah-langkah preventif untuk menghindarinya. Berikut ini beberapa faktor penyebab stunting yang perlu Anda ketahui:

  • Kurang Gizi dalam Waktu Lama
  • Pola Asuh Kurang Efektif
  • Pola Makan
  • Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan
  • Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu
  • Sakit Infeksi yang Berulang
  • Faktor Sanitasi

Bagaimana Cara Mencegah Stunting?

Menyadari bahwa stunting adalah masalah kesehatan yang berisiko tinggi dan dapat memengaruhi pertumbuhan anak hingga dewasa, Anda tentu perlu mengenal berbagai usaha pencegahannya. Simak beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting. Tindakan pencegahan ini sebaiknya dilakukan sebelum, saat, dan sesudah masa kehamilan.

  • Pahami Konsep Gizi
  • Pilihan Menu Beragam
  • Pemeriksaan Rutin
  • Pentingnya ASI
  • Konsumsi Asam Folat
  • Tingkatkan Kebersihan
  • Faktor Sanitasi
    (*)

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU