Warga dan Alumni Kutuk Aksi Kekerasan di IAIN Bone, Jangan Terulang

Akibat dari Aksi Kekerasan di IAIN Bone

Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id- Aksi kekerasan berupa penyerangan Sekretariat Mapala dan SSB di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone, Sabtu 15 September 2018 lalu, sekira pukul 00.30 Wita, menuai kecaman dari berbagai pihak, diantaranya alumni.

Salah satu alumni IAIN Bone Idrus Latif mengatakan, apapun bentuknya, aksi kekerasan dan perusakan di kampus IAIN Bone tidaklah dibenarkan terjadi. Karena aksi itu sangat merugikan kampus dan mahasiswa. Terlebih aksi itu merusak fasilitas kampus dan menimbulkan korban luka bagi sejumlah mahasiswa.

“Sebagai alumni STAIN Watampone (sekarang IAIN Bone) saya mengutuk keras aksi kekerasan yang terjadi dikampus kita apapun bentuknya, semoga tidak terulang lagi,”kata Idrus kepada FAJAR PENDIDIKAN, Minggu 16 September 2018.

Lebih lanjut Idrus mengatakan, adanya aksi tak terpuji harus direspon secara bijak dan tuntas oleh seluruh elemen kampus. Secara internal pimpinan kampus (Rektor/wakil rektor) perlu mencari formulasi jitu, yang tepat, untuk mengurai masalah tersebut, agar jadi pembelajaran dan tak terulang lagi.

Baca Juga:  Bupati Barru Hadiri Wisuda Santri Masjid Agung Nurul Iman

“Apakah itu dalam bentuk regulasi atau kebijakan khusus mengenai kejadian ini. Peristiwa ini tidak boleh berulang, mari ciptakan suasana kampus yang sejuk dan damai,”tutup Idrus mewakili harapan ribuan alumni.

Hal senada diungkapkan salah saorang kerabat mahasiswa yang kuliah di IAIN Bone, yang juga sebagai warga Bumi Arung Palakka, Sandi. Ia mengatakan aksi tak terpuji yang terjadi di IAIN Bone adalah bentuk lain dari ‘musuh’ yang nyata dalam lingkup kampus maupun masyarakat. Musuh nyata dalam dunia pendidikan, harus dilawan (dididik) dengan baik secara intelektual, baik melalui internal maupun eksternal kampus.

Baca Juga:  Bidropam Polda Sulsel Gelar Razia di Polres Bone

“Aksi kekerasan dan perusakan yang terjadi itu kita sebut bersumber dari ulah oknum, ntah itu oknum yang diduga dalam masyarakat dan atau dari dalam organisasi mahasiswa. Sosok demikian yang mesti diungkap ‘dilawan’ (dididik) secara bersama, internal dan eksternal. Bahkan oknum ini juga harus sadar, harus memerangi watak negatifnya sendiri, yang merusak organisasi/masyarakat, merugikan orang lain dan dirinya sendiri,”terangnya

Ia berharap insiden yang terjadi bisa menjadi bahan ajar bagi semua, dan menjadikan semua pihak saling hormat, menghargai serta lebih memperkuat rasa persaudaraan satu sama lainnya.

 

- Iklan -

Reporter: Abustan

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU