Sumatera Selatan.
“Bawa aku ke sana, sekarang juga,” Kata Rafka dengan tegas.
Lyra yang sedang mencari sesuatu yang mungkin berharga untuk bisa dites DNA oleh tim forensik, terhenti karena Arga, seorang yang mempunyai pendengaran yang kuat, meneriaki karena menemukan suatu barang. Satu tim langsung bergegas ke arah Arga tersebut.
“Barang apa itu, Ar?” Tanya Lyra dibelakangnya.
“Kayak logo terlepas dari kancing baju,” jawab Arga sambil menyenteri logo itu.
“Bentuknya ular sama burung elang gak sih?” Tanya Mira, seorang yang bisa bahasa daerah dan asing.
Lyra langsung teringat dengan mimpinya, dia melihat ibunya mendatanginya dengan memberikan sebuah logo, berbicara beberapa patah kata, lalu pergi.
“Ibu…” batin Lyra dengan nada sedih.
“Ada suara orang melangkah jauh dari kita.” Kata Mira, sambil berbalik badan, lalu menunjuk ke arah hutan.
“Panggil polisi yang lain, suruh mengikutiku. Salah satu dari kalian bawa barang ini ke forensik. Sisanya ikutin aku.” Kata Lyra sambil berlari ke arah hutan.
“Oke.”
Lyra dan Mira berlari ke arah hutan tersebut. Sampai di tengah hutan kami menghadap berlawanan. Lyra membawa busur dan panah siap untuk memanah, sedangkan Mira siap dengan pistol siap menembaki siapa pun itu.
“Mari kita fokus.” Batin Mira dan Lyra di dalam hati.
Karena keadaan sepi dan gelap, Lyra langsung menutupi matanya dengan slayer di kantong bajunya. Mira menutup matanya untuk fokus mengulurkan tangan yang berisi ke arah kanan bawah untuk menembaki.
DOR DOR! SRASS!
Mira membuka matanya dan mendapati dua orang tumbang dengan mantel bening yang berlumuran darah di tanah. Lyra membuka slayernya dan mendapati tiga orang terkena panahnya itu mengenai punggung kanan.
“Good job.”
Ketika kami hendak tepuk tangan kami masing-masing, ada seseorang di depan kami menembak asal di samping pohon jati.
“Belum selesai permainan petak umpet nya, kawan.”
DOR!
Suara orang jatuh dekat semak-semak membuat kami kagum. Bagaimana ia bisa tau kalo di situ ada orang?
“Ada yang mengamati kalian berdua tadi di balik pohon itu,” jawab Rafka sambil memasukkan pistolnya ke dalam sakunya, lalu berjalan ke arahorang yang sudah ia tembak tadi.
“Pintarnya dia ini,” batin Mira dan Lyra.
Datang polisi yang lain dengan berjumlah sepuluh orang ke arah kami. “Maaf kami datang terlambat,” kata polisi itu dengan napas terangah-engah.
“Bawa orang-orang itu ke rumah sakit dan jangan lupa awasi dengan ketat. Sisanya bantu orang laki-laki itu,” kata Mira “Baik.”
Lyra dan mira berjalan keluar dari hutan itu dengan nafas lega. Lyra membuka suara ditip polisi. “Kami menemukan lima orang di tengah hutan dengan menggunakan mantel bening,” kata Lyra.
“Aku menemukannya, kak Rani,” ujar Nafi selesai melacak letak posisi organisasi itu beserta data informasi tentang organisasi tersebut.
“Kirimkan filenya ke wa ku,” Kata Rani di teleponnya.
“Baik,” jawabnya sambil mengirimkan filenya lewat wa “Sudah.” “Bagus Nafi, makasih sudah membantu,” Jawabnya sambil memutuskan teleponnya
Nafi mematikan leptopnya setelah memeriksa semuanya dari hal-hal tadi. Beberapa menit kemudian datang yang lain sehabis mencari jejak tadi.
“Kuy gas pulang.” kata Arga “Kita sudah menemukannya orang-orang itu.”
“Aku juga sudah dapat kok.”
Mobil pun meninggalkan lokasi TKP dan kembali ke kantor BIN.
Singkat cerita, kami menemukan organisasi itu hanya dalam seminggu. Nama organisasi tersebut adalah death bed . Organisasi tersebut sudah berdiri sejak tahun 1990 dan baru mulai tindakan kriminal sejak tahun 2000. Dan organisasi itu berasal dari Amerika Serikat yang beranggotakan dari benua Amerika dan Asia. Organisasi itu diketuai oleh Xion yang berasal dari Cina.