FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menggelar Webinar Internasional Seri 4 yang menjadi rangkaian peringatan Dies Natalis ke-38 FKM Unhas yang telah dirayakan puncak acaranya pada 7 November 2020 lalu.
Webinar yang dilaksanakan pada Sabtu 5 November2020 ini mengusung tema: “Menatap Masa Depan dari Window of Opportunity Baduta” dan terbagi menjadi dua sesi.
Pada sesi pertama menghadirkan pemateri diantaranya: Prof. Eline van der Beek dari University of Gronigen Netherland, Prof Zalilah Mohd Shariff dari University Putra Malaysia, dan Siti Muslimatun, S. Si., M. Si., Ph. D dari Indonesia International Institute of Life Science.
Sementara pada sesi kedua menghadirkan pemateri salah satunya Dr Abdul Salam, SKM., M.Kes. dari Departemen Ilmu Gizi, FKM Universitas Hasanuddin.
Pada kesempatan itu Abdul Salam membahas tentang: “Suplementasi Vitamin A pada Ibu Nifas: Masih Perlukah?”
“Suplementasi vitamin A dosis tinggi untuk ibu nifas sesaat setelah melahirkan tidak dibutuhkan lagi karena efek yang ditunjukkan tidak signifikan baik pada morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi,” ungkapnya.
Menurutnya, ibu nifas harus didorong untuk mendapatkan kecukupan asupan gizi yang berasal dari diet sehat dan seimbang.
“Alternatif untuk memenuhi kebutuhan ibu akan vitamin A adalah konsumsi buah dan sayur yang cukup,” jelasnya.
Suplementasi vitamin A, fortifikasi minyak goreng, dan edukasi gizi memiliki efek yang sama pada tingkat retinol ASI pada 1 sebulan dan 3 bulan setelah intervensi.
Kadar retinol ASI menurun secara signifikan setelah 3 bulan intervensi. Minyak goreng yang difortifikasi lebih efektif dalam mengurangi frekuensi ISPA dan diare pada ibu dan anak selain suplementasi vitamin A dan edukasi gizi.
“Bayi yang baru lahir kandungan vitimin A-nya tergolong rendah, sehingga apabila kandungan vitamin A dalam ASI ibu kurang, maka bayi tersebut rentan mengalami defisiensi vitamin A. Apabila asupan vitamin A ibu cukup, dan melakukan pemberian ASI kepada bayinya, maka bayinya akan mendapat vitamin A yang cukup,” jawabnya ketika ditanya tentang pengaruh vitamin A untuk bayi baru lahir yang telah dikonsumsi oleh ibu nifas.
Lebih lanjut ia menjelaskan, suplemen vitamin A pada ibu nifas tidak bersifat wajib selama kebutuhan vitamin A dari sumber pangan tercukupi.
“Apabila konsumsi vitamin A dari konsumsi pangan tercukupi, maka tidak ada pengaruhnya meskipun tidak diberikan suplementasi vitamin A, kecuali jika asupan kurang dan juga tidak mendapatkan suplemntasi tentu akan mengalami defisiensi. Defisiensi vitamin A diketahui dapat menyebabkan rabun senja atau rabun dekat,” terangnya.
Pada akhir sesi pemaparan materinya, Abdul Salam menjelaskan pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas perlu dikarenakan kebutuhan zat gizi bayi bergantung dari ibu, termasuk vitamin A.
“Jadi suplementasi vitamin A kepada ibu dapat memenuhi kebutuhannya, di samping juga memenuhi kebutuhan bayinya,” tutupnya.