Komunitas Sedekah Buku Indonesia
Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Hobinya traveling, ia juga seorang psikolog. Nur Anugerah nama lengkapnya. Perempuan berdarah Bandung-Sulawesi ini merupakan pencetus lahirnya gerakan nasional, Sedekah Buku Indonesia.
Hobi traveling inilah yang membawanya memulai sebuah misi mulia; misi donasi buku. “Inisiator sedekah buku itu seorang traveler. Kemudian terlintas dibenaknya, alangkah baiknya bila daerah-daerah yang dikunjunginya, ia bisa meninggalkan manfaat untuk daerah-daerah tersebut,” cerita Ratih, Koordinator Sedekah Buku Indonesia Chapter Sulawesi.
“Waktu itu, dia-nya (Nur Anugerah) kebetulan pulang ke kampung halamannya dan lagi traveling di Sulawesi. Jadi, sekalian bawa buku dari Jakarta dan dimulailah misi donasi buku,” sambungnya.
Diceritakan, di suatu waktu, sang inisiator melakukan perjalanan mengunjungi pelosok-pelosok daerah. Pada momen itulah ia bertemu dengan sebuah fakta, bahwa ternyata anak-anak di pelosok itu bukan karena minat bacanya yang kurang. Tetapi karena akses informasi dan juga karena adanya keterbatasan sarana untuk membaca.
Oleh sebab itu, bagi anak-anak di pedalaman, yang jauh dari akses toko buku, buku menjadi sesuatu yang sangat bernilai.
“Nah, akhirnya ide itu muncul. Kenapa tidak membuat sebuah komunitas sebagai wadah dan jembatan untuk adik-adik di pelosok yang membutuhkan buku-buku bacaan yang bernilai edukasi. Juga bagi orang-orang yang memiliki bahan bacaan yang sudah tidak dipergunakan lagi namun bingung mau diapakan. Terutama orang-orang yang berada di perkotaan,” tutur Ratih.
“Dari pada mereka membakar atau menimbang bahan bacaan yang mereka tidak gunakan lagi, lebih baik disedekahkan. Karena jauh di pelosok negeri ini, ada jutaan anak-anak yang jangankan untuk membaca, untuk tahu informasi buku saja sangatlah sulit,” ungkapnya.
Distribusi Buku
Sedekah Buku Indonesia resmi terbentuk di penghujung tahun 2014 di Bandung dan Jabodetabek. Tetapi project pertamanya di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Tepatnya di SD 92 Dusun Bembeng. Berselang dua tahun kemudian, barulah resmi berdiri chapter sulawesi. Tepatnya di bulan Mei 2016.
Buku-buku yang didonasikan adalah buku bacaan anak yang bernilai edukasi bagi anak usia SD dan beberapa buku pelajaran. Tidak hanya sekolah yang menjadi sasaran Sedekah Buku Indonesia. Taman baca hingga panti-panti yang jauh dari akses toko buku pun turut menjadi sasaran Sedekah Buku Indonesia.
Selama setahun, Sedekah Buku Indonesia Chapter Sulawesi telah mendistribusikan buku sebanyak tujuh kali bahkan sampai di daerah Sulawesi Tengah. Di antaranya, SD dan SMP Al-ihsan yang berlokasi di Desa Puca, Kec. Tompobulu, Kab. Maros; Sekolah Dasar jarak jauh yang ada di Dusun Cindakko, Desa Bontosomba, Kec. Tompobulu, Kab. Maros; SD dan SMP Seatap Pulau Liukang Loe, Kab. Bulukumba; MI Al-Mujahidin Lebbasa, Desa Ballasuka, Kec. Tombolo Pao, Kab. Gowa; SD Inpres Banggal, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah; Taman Baca di Pinrang; Taman Baca di Maros; dan Taman Baca di Pulau Bonetambu, Makassar.
Selain itu, diakui oleh Ratih, waktu kadang menjadi kendala besar bagi volunteer chapter Sulawesi. “Kadang kendalanya di waktu volunteer. Betul-betul harus menyesuaikan. Kadang kalau kita mau donasi ke sekolah formal, kalau kita datangnya weekend, mereka libur. Kalau hari sekolah, kami kerja. Tapi kami dari beberapa volunteer akan membahasnya jauh-jauh hari sebelumnya,” ungkap Ratih.
Ratih juga mengatakan, ada beberapa permintaan donasi buku dari Bone, Luwu yang harus ditunda hingga menemukan momen yang tepat. Untuk mengatasi atau sekadar meminimalisir kendala pada waktu, volunteer chapter sulawesi harus menjalin kerja sama untuk mendistribusikan buku ke daerah-daerah.
“Untuk pendistribusian di daerah Gowa, kami menjalin kerjasama dengan Komunitas 1000 Guru. Di Bulukumba berkerja sama dengan mahasiswa kesehatan UIN yang akan melaksanakan kegiatan bakti sosial di sana,” terangnya.
Buku-buku yang terkumpul hasil donasi, sebelum didistribusikan harus melalui proses penyortiran. Dan sebelum pendistribusian, biasa para volunteer melakukan survei lokasi untuk mengetahu kebutuhan bacaan anak, jumlah anak, dan kondisi sosial ekonomi setempat.
“Jadi sebelum kami distribusi, terlebih dahulu kami akan sortir bukunya. Sesuai kebutuhan dan sasaran umur yang akan dituju. Biasa ada novel-novel yang kami dapat. Namun, kami tidak mendistribusikan ketika targetnya anak SD-SMP,” jelasnya.
“Kebanyakan buku sekarang adalah buku sekolah. Tapi tahun ajaran yang masih terpakai dan masih sangat kurang untuk bacaan pengetahuan umum untuk anak-anak,” bebernya.
Bagi para pembaca setia TABLOID FAJAR PENDIDIKAN yang ingin mendonasikan buku, bisa menghubungi kontak salah satu volunteer. “Kami untuk wilayah Sulawesi sering gabung di event-event komunitas. Di situ kami sediakan dropbox. Tetapi sebelumnya sounding ke media sosial. Dropbox juga ada di ruko athira samping kantor Polda Sulsel,” kata Ratih.
Terlepas dari pencapaian yang dilakukan Sedekah Buku Indonesia hingga saat ini, Ratih berharap Sedekah Buku Indonesia bisa berperan sebagai pendukung dalam menyediakan fasilitas pendidikan melalui sumber bacaan yang berkualitas untuk meningkatkan minat baca dan menambah wawasan dan pengetahuan anak-anak serta meningkatkan daya baca.
Tidak hanya itu, ia juga berharap terbentuknya komunitas-komunitas lokal di beberapa kota, yakni komunitas sedekah buku masing-masing regional sehingga bisa membuat program kebersamaan dalam berbagi. Selain itu, terbentuk program kolaborasi dengan individu, komunitas atau perusahaan pemerhati kegiatan sosial pendidikan.
“Mimpi Sedekah Buku Indonesia ingin membangun sebuah perpustakaan kecil atau pun ruang baca untuk anak-anak Indonesia. Harapannya ada ruang baca yang layak. Hal ini tidak mudah dan membutuhkan konsistensi serta bantuan dari berbagai pihak,” pungkasnya. (FP)